Sabtu, 12 Oktober 2013

HANYA JEDA

Puisinya tumbuh pada tengkuknya yang curam; muram menampung hujan.
Tak satu pun puisinya dinamai dengan namaku, tidak juga rindu-rindu usang yang dibenam-benamkannya teruntuk kenangan pada tiap larik puisi-puisi itu.
"Aku setia menyimpan kenangan di kedalaman hati..," setia mengingkariku dengan mata terpejam dan telinga yang pekak.
"Kupikir waktu itu kita sedang sibuk menyobek halaman-halaman kenangan di keningmu..," ternyata hanya jeda untuk halaman berikut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"