Senin, 23 September 2013

MALAM

Pagi belum berani mengintip. Hanya sedikit kilat mata malam yang mengintip dari seberang cangkir kopi,
"Tiap kali menyeduh harap, gelap dan senyap merayap..," lebih tepat memandangi hitam dengan hati yang penuh ingatan, daripada menghamba untuk kicau burung-burung angkuh di luar jendela,
"Bukankah pagi ini tepat musim ke sekian aroma kembang-kembang kopi bertamu pada batang lehermu yang tercekat dilunta halaman-halaman buku tanpa huruf dari mulut malam?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"