mengulumnya liat bersama mimpi
Tubuh telanjangnya berkilatan
deras keringat menemani tarian pinggulnya
Bapak melukis esok dengan lidah
setiap warna tertoreh penuh gairah
Jari-jarinya menjalar ke penjuru surga
merampas tiap jengkal lahan sekal ditubuh ibu
Waktu itu aku di kolong ranjang,
tiba-tiba ada saat dicipta tanpa doa
Tak ditengok, pun diajak bicara dunia
terlahir dari amarah setelah senggama
Selamanya disembunyikan di bawah kolong ranjang,
tak punya suara untuk di dengar, hanya didiamkan
tak berani bertanya nama sejak Bapak melupa benih
Dari sini menatapmu, "Bilakah kau dengar sejarahku di musim dingin?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"