Pernah juga kucari raut wajahku pada garis-garis halus di ujung senja matamu yang menua menanak mimpi, menjauhkan diri dariku.
"Pergilah...," gunung yang hendak kudaki masih nun jauh disana. Tak mungkin bagiku membawa kumpulan awan hitam di dada yang ditundukkan usia.
Sejak itu namamu 'sejarah,' tempat diam yang tak punya mulut, kelak kau ajak bercerita dengan penyesalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"