Pohon-pohon yang daunnya tertawa lebar itu datang bergopoh-gopoh mengetuk tulang keras di tempurung kakinya,
"Bagaimana bisa kakimu tercekat padanya, sedangkan burung-burung cerewet itu selalu mengolokmu pada pagi yang baru bangun?"
Daun-daunnya gugur satu-satu di bahu, sempat sesaat membisik di telinga, menunggu jawab,
"Pergilah...," burung-burung di pagi hari itu sudah mencium gelagatnya sejak ekor matanya tidak lagi punya mau.
Sebenarnya sedari cerita-ceritaku tak tahan berhamburan untuk mengetuk pintu rumahnya yang kerap tertutup,
"Hatiku sudah serapat pintu rumahnya...,"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"