Rabu, 20 Maret 2013

MEJA TUA DI BAWAH GERIMIS

Untuk doa-doa yang datang berkumpul di atas meja tua yang sendirian di tengah gerimis, matanya berkaca-kaca dengan mulut terkatup,
"Aku lebih suka menangis di bawah hujan," hatiku menggigil, tapi gumpalan pipiku setia menadah luka.

Jemari tangannya mulai erat menggenggam kecewa yang berlarian keluar dari dadaku,
"Bagaimana bisa kuselamatkan lukanya kalau aku lebih dulu sekarat karenanya?" dan hujan semakin deras, menyulitkan hati untuk merasakan denyut jantungnya.

Hari itu aku melihatmu pergi meninggalkan halaman rumah yang pagar pembatasnya baru saja kucabuti dengan rindu-rindu yang yatim,
"Seperti apa seharusnya bertahan, kalau kita kian berani menjamu sepi...," mengasingkan meja tua itu dengan hujan, tempat kita dulu biasa pulang untuk rindu yang tumbuh subur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"