Jumat, 08 Maret 2013

HITAM DI DINDING KAMAR

Angin tak lagi malu menerobos punggung daun-daun kopi yang sepanjang musim kemarin kau paksa bersembunyi pada tuhan yang lebih tinggi,
"Semerbak wangimu sudah lebih dulu sampai," dalam secangkir ratapanku yang menjungkirbalikkan doa.

"Aku tak akan meperlihatkanmu pada mereka," tak mungkin kupertaruhkan duniaku pada malam di dinding kamarmu yang sudah lebih dulu hitam jauh sebelum kita saling menanyakan nama.

Lalu aku, kembang-kembang kopi, juga hitam di dinding kamar, bersamaan melepas sebaris kalimat dalam nafas yang menunda embun membekas,
"Bagaimana bisa yang ada kau tiadakan dengan kelakar hanya karena warna hitam yang tak pernah kau jinakkan, sementara jejakmu sangat mudah dipunguti malam?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"