Menuduh dirimu pengkhianat pada takdir
Terus meludahi merahnya darahmu di tubuhku
Aku pergi, Mak...berlari mencari jalan pulang
Noktah hitam itu melekat di dada
Penuh merampas rongga-rongga rindu
Tak setitik pun tentangmu, hanya tentang kehilangan
Bersandar tapi terus tersungkur, meminta untuk diakhiri
Jangan kau tanya sejak kapan aku mati,
Sedari rahimmu meracuni jalan kelahiranku
Sedari adaku tak lebih dari sampah menjijikkan
Aku memilih mati untuk hari tanpa doamu pada namaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"