Jumat, 11 Mei 2012

MENYEBUTNYA GURAUAN UNTUK LUKA

Beringin itu masih menjadi atap
Menjauhkan mata dari birunya langit
Menolak mentari menyapa bukit di pipi
Hatiku menetapi pijak di bawahnya, berteduh

Terkadang hujan memaksa rintik menembus relung
Meramaikan ruang-ruang yang sudah lama terbiasa bisu
Menyelimuti berisik hati saat jejak-jejak kecil tak lagi tercipta
Ragaku bersandar pada kokoh batangnya, sibuk mencari diri

Aku tak mengenalmu untuk tawa
Begitu terasing dari jiwamu yang redup
Kau tak menginginkanku dalam bahagia
Sangat tersembunyi pada gelapnya malam

Bukan kita yang bercanda ketika mengharap suka
Bukan juga kita yang berani menyayikan sebait lagu
Bukan..., kau masih terus memulas luka di sudut bibir
Dan aku setia menyebutmu gurauan untuk luka-lukaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"