Beringin itu masih menjadi atap
Menjauhkan mata dari birunya langit
Menolak mentari menyapa bukit di pipi
Hatiku menetapi pijak di bawahnya, berteduh
Terkadang hujan memaksa rintik menembus relung
Meramaikan ruang-ruang yang sudah lama terbiasa bisu
Menyelimuti berisik hati saat jejak-jejak kecil tak lagi tercipta
Ragaku bersandar pada kokoh batangnya, sibuk mencari diri
Aku tak mengenalmu untuk tawa
Begitu terasing dari jiwamu yang redup
Kau tak menginginkanku dalam bahagia
Sangat tersembunyi pada gelapnya malam
Bukan kita yang bercanda ketika mengharap suka
Bukan juga kita yang berani menyayikan sebait lagu
Bukan..., kau masih terus memulas luka di sudut bibir
Dan aku setia menyebutmu gurauan untuk luka-lukaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"