Rabu, 15 Februari 2012

PEREMPUAN HENING

Akhirku berujung disini,
Renta pada tubuh yang muak telanjang
Tersekap gelap di penghabisan heningnya malam
Lelah merajut harap dalam matinya tunggu dan nanti

Dahulu berpeluh nakal menanti cinta
Pada tubuhnya ketelanjanganku mencari rasa
Dengan geliat mendesah kugapai bahu labuhan
Padam dan luruh dengan deras airmata kekecewaan

Sendiri jiwaku disini,
Berteman tubuh kotor penuh nanah dan noda
Hening menghibur senyapnya masa dengan jemari beku
Tertunduk pada pangkuan dengan pangkal paha membusuk

Aku perempuan penuh puja di malam temaram pada ranjang semalam
Dulu terus melukis senyum mengharap satu pintu terbuka untukku berpulang
Aku perempuan hening, terlunta di kegelapan setelah usai pergumulan birahi
Menua diterkam noda dan caci, tersendirikan...menunggu mati mentertawakan

2 komentar:

  1. Salam Mba Yayag,
    kunjunganku yang pertama ke blogmu iki Mba...
    puisi-puisimu adalah nafasmu mba...aku bisa merasakannya... salut teruntuk karya-karyamu yang semakin menderas ya...

    Salam peluk dan sayangku,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senang akhirnya mbak Laila sempatkan mampir ke blogku.
      Mohon selalu bimbingan dan 'jeweran'mu mbak.
      Maturnuwun sanget.

      Hapus

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"