Senjaku gerimis di beranda hati
Ini hujan kesekian kumerindukanmu
Membunuhmu diantara hangat air mata
Sekali lagi menanti tanya tanpa menahu jawabnya
Gerimis memuncakkan doa-doa harapku
Ketika hujan menyihirku dalam ingatan usang
Melupakanmu diantara musim tanam adalah masygul
Aku mencintaimu melebihi seluruh perihnya luka ketika merindumu
Duhai penggenap hatiku yang retak tanpa pijakā¦
Bilakah memintal percayaku akanmu adalah syirik bagiku?
Secangkir kopi panas pada gerimis senja menghadirkan sebagian darimu
Menyesap pahitnya untuk darah nadiku adalah ritual rinduku untuk memintamu hadir seutuhnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"