Rabu, 19 Oktober 2011

BALLERINA BERKUMIS

Dulu aku tak punya buah dada
Alergi kronis dengan gincu merah
Tak peduli pada ukuran kutang
Menolak tumit dengan tusukan highheels
Aku laki-laki sejati!

Kusayangi ibu pencipta sorga abadi
Pencuri bintang terang buah doa-doa
Tak peduli malam penuh darah dimuka
Pujian suci teruntuk suaminya yang keji
Aku bukan laki-laki!

Buah dadamu mengaliri dahagaku akan cinta
Getar lirih doa dimulutmu muara sukaku
Kakimu terus mengajariku tarian hidup
Perih keringatmu tak pernah dihapus bapak
Aku ballerina di telapak sorgamu, aku penarimu

Bercumbu ujung jari kita dengan kerasnya kenyataan
Tubuh kita melayang melupakan siksa dalam pejam mata
Suara sayup-sayup malam menghilangkan ingatan luka
Hangat terus kusesap airmatamu untuk kehancuranku
Aku laki-laki yang kau sirami kelembutan hati

Kau pemilik hidupku Ibu,
Pemilik langkah kaki tarian-tarian malamku
Tak akan kuperkenankan laki-laki itu mencabik-cabikmu lagi
Kau kumiliki disekujur gemulai tubuhku dalam tarian
Aku ballerina berkumis, musuh laki-lakimu yang kupanggil bapak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"