Ilalang...
Sepagi ini kita begitu saling merindu.
Dari sepi yang membungkam mulut mereka, dari ributnya kelakar di tempurung otak orang-orang, kita bersitatap dalam sendu.
Kerap airmata berlinangan membisikkan rindu pada semilir angin, sekedar ingin berdua,
"Polos menatap luka dengan luka. Merintih karena duka dengan duka...," mempersilahkan ketelanjangan tanpa pewarna dan pemanis buatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"