Sabtu, 21 September 2013

RINDU HARU

Gerimis datang lebih dulu dari embun. Rintiknya membunuh lampu taman di halaman belakang,
"Biar tetap malam pada cangkir kopi...," tak mengapa gelap, biar hati menikmati hening di telapak tangan dengan aroma basahnya rumput dan bentakan yang menggetarkan kalbu di awal hari,
"Dalam mata terpejam..., pd rasa harunya rindu...," kurapal jejak-jejak kakimu yang kemarin tertinggal di teras belakang rumah; nyaris menyentuh hati, tapi tidak pernah benar-benar lekat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"