Tak mampu mengenali pagi
Dijauhi doa-doa dari pintu surga
Terlahir untuk berisiknya pengkhianatan
Malam menghibur birahi,
Terlarang untuk setetes air mata
Terus bernyanyi dalam syair-syair merajuk
Mengajak mereka tertawa; terjamah untuk rupiah
Aku hanya biduan malam,
Semalaman bersolek dalam warna-warna terang
Terbungkus gaun-gaun seronok, menjamu syahwat
Menyembunyikan wajah pucat ketika pagi bertanya, "Siapa penghiburmu?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"