Kepalanya di bawah kaki
Mendongak dengan ego
"Terus saja mendongak,
Jilatlah tanah tempatmu berakhir,"
Matanya menyasar luka
Terbeliak pada selaput-selaput berdarah
Menyayat yang tersungkur dengan keji
Buta teruntuk permohonan
Telinganya tertutup puji puja
Menganiaya tanya dengan serapah
Berpesan bisik pada khalayak,
"Aku pemilik semesta budak-budak cacat,"
Kutarik lidahnya,
Ada gunting bercabang karat padanya
"Peluk masamu kuat-kuat bidadari,
Nestapa bersiap menggunting-gunting pongahmu,"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan "cacian"mu dan ajarkan saya agar tetap bisa "menunduk"