Kamis, 31 Oktober 2013

CERITAKAN TENTANG ORANYE

Memindahkan kenangan dari lipatan-lipatan keningmu tak sesulit menunda pagi yang datang bertamu dari depan pintu kamarmu,
"Mencintai malam adalah kepura-puraan paling suci," tak dipungkiri bujuk rayu wajah-wajah sendu yang merunduk; memohon untuk dijamah saat hening membius mimpi-mimpi tak berhuruf,
"Bukankah sedari kita bersitatap dibalik punggung mereka, kau tak pernah menceritakan tentang oranyenya pagi di hadapanmu pada malam di sekujur tubuhku?"
Baca Selengkapnya - CERITAKAN TENTANG ORANYE

Rabu, 30 Oktober 2013

KAU YANG MERAWAT TUHAN

Sajak-sajak itu tumbuh pada kaca jendela yang sedari pagi dihiasi embun-embun bening berwajah kenangan.
Akar-akarnya berserabut halus di sudut matanya yang baru belajar menatap pagi setelah sekian lama tertanam lekat di dada yang berlubang,
"Biasanya pagi mengajak berbincang," menanya khabar yang tak pernah kau hidupkan dibawah dagu yang enggan dituduh bersalah,
"Kadangkala rindu menjadi sengsara diucapkan sewaktu diri sibuk merawat tuhan,"
Baca Selengkapnya - KAU YANG MERAWAT TUHAN

Selasa, 29 Oktober 2013

PETRICHOR

Sekian waktu tak juga mampu memupus garis-garis wajahnya menjadi sekedar titik-titik, atau dengus nafas tersengal. Serapah memintanya menjadi kenangan, meski tak satu rongga pun tersisa untuk disinggahi.
"Ini petrichor pertama yang akhirnya datang disaat paling tepat," Kemarilah..., bersamaku membunuh kenangan. Tak perlu pusara, karena rinduku tak akan pernah datang menziarahinya lagi.
Baca Selengkapnya - PETRICHOR

Senin, 28 Oktober 2013

MUSIM MEKAR

Namamu berbekas usai gerimis
Tampias pada kedip mata sendu
Dihambur sekian rintik tangis
Menjadi kenangan saat kemarau

Kita dipertemukan musim mekar
Saat diri teramat merindukan hujan
Tumbuh pada lembab tanah berakar
Percaya, rasa tak akan pedulikan kematian

Basuhkan lembab kenangan di bibir
Mungkin sekali lagi kisah membawa rindu
Biar wangi kembang membuka tabir
Saat musim mekar, hatimukah yang membiru?

Baca Selengkapnya - MUSIM MEKAR

Minggu, 27 Oktober 2013

TAMAN HIBURAN DI TUBUH IBU

Ada gulali di puting ibu
Tiap kutangnya tanggal, entah dimana...
Gulali di puting ibu rakus dikulum anjing-anjing dungu
Di Taman Hiburan, gulali tak perlu warna

Di pinggul ibu, waktu terus diputar
Gairah di atas ranjang adalah kehidupan
Tak mengapa semalam berkhianat dari altar
Lampu-lampu Taman Hiburan menyulutkan kenikmatan

Di tubuh ibu ada Taman Hiburan
Padanya para anjing berpesta semalaman
Jelang pagi Taman Hiburan ditinggalkan
Mungkin esok dihampiri lagi, atau pura-pura segan?

Baca Selengkapnya - TAMAN HIBURAN DI TUBUH IBU

Selasa, 22 Oktober 2013

PESAN DI DEPAN PINTU

Pesanmu sampai di depan pintu rumah. Seperti pesan-pesan lamamu yang kukenali dari getirnya hari tanpa kerlip bintang, semua tampak lebih hitam dari batu kali,
"Tanyakan padanya, bagaimana cara membaca gelagat dari mulutnya yang bungkam dikunyah malam?"
Pastilah pesan yang sama dengan pesan-pesan lain, pesan yang lebih dulu menua daripada buku-buku lawas di keningnya,
"Sajak dari merah bibirnya pun tak bisa membantuku menemukan huruf-huruf dari pesan yang ditinggalkannya,"
Baca Selengkapnya - PESAN DI DEPAN PINTU

Senin, 21 Oktober 2013

SIRKUS

Mengular dalam lingkaran
Badut-badut menjual senyum
Di satu musim pertunjukan,
Kamu dan mereka menjadikan puja-puji maklum
Baca Selengkapnya - SIRKUS

Minggu, 20 Oktober 2013

INGATAN TANPA WARNA

Sangat mudah mengingat hari dengan pelangi pada bulatan pipinya yang sepanjang malam mengajak mimpi-mimpi enggan bertemu pagi.
Semudah melupa awal tahun yang selalu datang tergesa. Hanya sejengkal dari umur di helai-helai rambut yang menjuntai,
"Angin kerap mengingatkan banyak hal," termasuk harap untuk doa dari manisnya gula-gula dengan banyak rasa.
Lalu awan berkhabar dengan santun dalam langkah kakinya,
"Hei, bukankah hari itu tak pernah diwarnai dalam ingatannya?"
Baca Selengkapnya - INGATAN TANPA WARNA

Sabtu, 19 Oktober 2013

SANG PENYAIR

Lalu penyair itu pulang dengan setumpuk buku puisi yang kemarin menjadikannya raja di mata para hamba.
Di keningnya pesta pora kehilangan gemerlap lampu; puja-puji merunduk menuju tanah pemakaman.
"Sesepi itukah kehabisan pesta saat arak masih membuatmu mabuk?"

Ah, menatap langkahnya saja dia tak lagi berani..., bagaimana mungkin ikut berpesta dengan sisa arak di mulutnya; berdecak kagum untuk hari-hari sebelum pesta yang lebih dulu diingkarinya.

Baca Selengkapnya - SANG PENYAIR

Jumat, 18 Oktober 2013

MEMILIH TINGGAL

Secerdik itulah kau mencuri malam untuk pagi, untuk ranjang yang kehilangan ceritanya sedari kemarin.
Kembang-kembang kopi mekar di musimnya, menakar rindu yang dilacurkan waktu, lalu kehilangan rumah jg nama.
"Pelukan saja sudah cukup...," cukup untuk terbangun dari mimpi yang semalaman mencari jalan-jalan setapaknya dalam gelap, sekedar untuk pulang pada akad dari hati yang mengikat lekat gigil pagi dengan rasa; memilih tinggal untuk keberadaanmu.
Baca Selengkapnya - MEMILIH TINGGAL

Kamis, 17 Oktober 2013

KERTAS KOSONG

Pertemuan meremas semua tanya pada kertas kosong yang kemarin dibawa waktu kemana-mana.
Pongahnya janji-janji menanak sepi dalam kerak cangkir kopi, menuduh entah berkhianat.
"Sudahlah..., bukankah kita trlalu sering membicarakan waktu yang tumpang tindih mengangkangi keningnya?"

Kota ini tak pernah diam merasai rindu-rindu yang kerap disangkal. Bak kelambu yang terbuka perlahan,
"Sejauh ini terentang jarak, cerita malam meminta temu,"

Baca Selengkapnya - KERTAS KOSONG

Rabu, 16 Oktober 2013

HATI

Beranda hanya kiasan
Masuklah..., baca cerita
Perabot menua dilumat jaman
Pernahkah hati memulai tanya?
Baca Selengkapnya - HATI

Selasa, 15 Oktober 2013

TAK ADA APA PUN DI MATAMU

Sudah sepanjang musim, halaman belakang rumah tak menemu gerimis. Semua mengering dalam kehendak. Terlalu jenak menunggu dalam lamunan panjang,
"Sebait saja puisi itu tak pernah dimulai,"
Tak akan lagi ada bening tetes-tetes hujan di kedua pipinya yang masih tengadah menunggu awan menangis,
"Bagaimana mungkin berkeras hati untuk membaca puisinya, kalau satu huruf pun tak pernah didapatinya dari kedua matamu?"
Baca Selengkapnya - TAK ADA APA PUN DI MATAMU

Senin, 14 Oktober 2013

KELAKAR UNTUK TUHAN

Akhirnya kita bisa menatap langit malam sambil terbahak. Tertawa lepas untuk tuhan-tuhan baru yang berjalan mendongak menuju langit. Lalu tuhan-tuhan itu menjadi bintang.
"Kalau saja hari itu kita memilih menjadi tuhan, mungkin..," bukan secangkir kopi dan sebatang rokok yang menemani kelakar kita malam ini.
"Sstt.., tuhan-tuhan itu sedang ribut," ribut membenarkan bait-bait puisinya, ribut dengan hitam dibawah matanya, ribut dengan tuhan dalam dirinya sendiri.
Baca Selengkapnya - KELAKAR UNTUK TUHAN

Minggu, 13 Oktober 2013

MERAH

Usai desah
Lerai gelisah
Setengah hari mulai memerah
"Dahulukan sapa," jangan dilacur serapah
Baca Selengkapnya - MERAH

Sabtu, 12 Oktober 2013

HANYA JEDA

Puisinya tumbuh pada tengkuknya yang curam; muram menampung hujan.
Tak satu pun puisinya dinamai dengan namaku, tidak juga rindu-rindu usang yang dibenam-benamkannya teruntuk kenangan pada tiap larik puisi-puisi itu.
"Aku setia menyimpan kenangan di kedalaman hati..," setia mengingkariku dengan mata terpejam dan telinga yang pekak.
"Kupikir waktu itu kita sedang sibuk menyobek halaman-halaman kenangan di keningmu..," ternyata hanya jeda untuk halaman berikut.
Baca Selengkapnya - HANYA JEDA

Jumat, 11 Oktober 2013

SEPTEMBER YANG INGKAR

Semalaman mimpi-mimpi kita berbincang ramai dengan lelah dalam rindu menganga. Sesekali mimpi menepi, menjauhi kerasnya mau yang merentang jarak,
"Bayangan tak boleh terlalu dipedulikan," semerbak kembang-kembang kopi di jenjang lehermu adalah masaku untuk kembali.
Semalam buaian sepi di atas ranjang menyalak pada hati yang koyak,
"Aku disini...lekat dalam liatnya doa-doa," bersamamu membunuh kenangan untuk senyuman usai September diingkarinya.
Baca Selengkapnya - SEPTEMBER YANG INGKAR

Kamis, 10 Oktober 2013

PIGURA

Waktu tertangkap
Cerita diam tanpa gerak
Tak sekedar menyelinap
Terpaksa dipasung kisah berjarak
Baca Selengkapnya - PIGURA

Rabu, 09 Oktober 2013

MUNGKIN...

Mungkin kita sedang menatap senja yang sama dengan perasaan berbeda, lalu tergesa bertukar peran, pura-pura tidak saling kenal dan jatuh pada malam-malam yang kusam.
"Aku sangat menyukai malam," menyukai hening dan hitamnya yang membuat bidak-bidak lelah berjalan, pulas dalam kantuk.
Bukan senja, tapi malam.., malam yang menyumpal bisik rindu dengan dunia baru yang kau cipta tanpa siapa pun, tidak juga dengan dirimu yang pucat pasi untuk jalan-jalan pulang.
Baca Selengkapnya - MUNGKIN...

Selasa, 08 Oktober 2013

UNTUK KEKASIH

Puisinya menyelinap masuk ke dalam kamar, tanpa suara. Seketika merasuki tubuh sang kekasih. Khusyu' memulangkan rindu.
"Sepanjang jalan, larik-larik puisiku adalah rindu yang tak terkalahkan jeda...," huruf-hurufnya berwajah dirimu, diksinya adalah rasamu yang menuntunku pulang.
"Bgmana mungkin aku bisa mengelak menuliskan bait-bait puisi untukmu...," kalau tak ada apa pun di sekujur tubuhku selain rintihan doa-doa rindumu.
Baca Selengkapnya - UNTUK KEKASIH

Senin, 07 Oktober 2013

GELAGAT

Pagi membaca halaman-halaman buku di keningmu dengan sangat baik. Jejak tanpa bekas di luar jendela kamar menjauh tanpa suara, sehening doa yang tengadah,
"Gerimis datang dan pergi dengan gelagatnya," mengajak kenangan memilih sendiri bentuknya; sepahit bualan janji, atau semanis mimpi yang tak pernah berwujud di hadapan pagi.
"Gemericik air dari parit di samping telinga mengabharkan kepergianmu," jauh sebelum khianat di lidahmu menyayat rindu.
Baca Selengkapnya - GELAGAT

Minggu, 06 Oktober 2013

RUANG TAMU

Lepas satu kancing baju
Orang-orang datang bertandang
Tercecer sudah mimpi, pun mau
Khabar suka adalah candu, kau hilang
Baca Selengkapnya - RUANG TAMU

Sabtu, 05 Oktober 2013

MANA PUISI UNTUKKU?

Wajahmu masuk ke dalam cangkir bening yang penuh berisi air mata. Kemarin sebatang kara menanggung cinta yang mengikat lekat tulang-tulang belikat,
"Berdua saja itu amarah," jengah terus membicarakan mata yang terpaksa saling berpandangan.
"Untuk apa setia pada batu besar berwarna hitam di kelopak matamu?" Kalau larik demi larik puisi tentangku tak pernah bisa kau bacakan dengan lantang di hadapan wajah mereka yang tak pernah mengenali namaku.
Baca Selengkapnya - MANA PUISI UNTUKKU?

Jumat, 04 Oktober 2013

ORANG-ORANG DALAM BOTOL-BOTOL ARAK

Terbahak untuk sekelompok anjing-anjing hutan di tengah kota yang membenamkan banyak mimpi orang-orang dalam botol-botol arak, seperti memeras airmata dari tubuh sendiri yang telanjang.
"Aku hanya ingin terbahak, mabuk tawa, lalu....," meratapi diri yang seorang diri.
Bahkan anjing-anjing hutan yang sering ditertawakannya pun tak sudi menjilati airmatanya, tak sudi menguburkan bangkai saudara sedarahnya sendiri.
Baca Selengkapnya - ORANG-ORANG DALAM BOTOL-BOTOL ARAK

Kamis, 03 Oktober 2013

SELASAR

Sepanjang kerongkongan
Lurus tak bertemu kelokan
Malam-malam muram kesepian
Terik pun mengering, selasar lorong kematian
Baca Selengkapnya - SELASAR

Selasa, 01 Oktober 2013

ILALANG

Ilalang...
Sepagi ini kita begitu saling merindu.
Dari sepi yang membungkam mulut mereka, dari ributnya kelakar di tempurung otak orang-orang, kita bersitatap dalam sendu. Kerap airmata berlinangan membisikkan rindu pada semilir angin, sekedar ingin berdua,
"Polos menatap luka dengan luka. Merintih karena duka dengan duka...," mempersilahkan ketelanjangan tanpa pewarna dan pemanis buatan.
Baca Selengkapnya - ILALANG