Sabtu, 31 Desember 2011

TERUNTUK KALIAN YANG TERBUNUH LANGKAH

Kalian mencari serpihan cinta disana,
Pada beningnya kaca penuh tanya
Berharap ada hati untuk letihnya jiwa
Memimpikan peraduan rasa dari belukar maya

Kerap menelan satu puja dalam rayuan
Melenakan seluruh harap untuk akhir penantian
Bernyanyi dalam syair-syair sendu yang kepagian
Lalu berakhir pada langkah yang memanggil kesendirian

Kalian yang mencari cinta pada mereka
Mengawali cerita dalam himpitan paha
Terbius persetubuhan sebelum rasa
Dan menanya cinta, "Akukah miliknya?"


Teruntuk kalian yang terbunuh langkah,
Matilah untuk rasa cinta tanpa ikat, sekedar desah
Potong kaki-kaki kalian, jangan lagi menjamu gairah
Ketika pangkal paha terus dirajah, biarkan saja sepi bertingkah



Baca Selengkapnya - TERUNTUK KALIAN YANG TERBUNUH LANGKAH

DEBUT PERTAMA

Mataku selalu terbeliak
Tak bisa kupaksa menggoda
Di sana hanya ada jawaban tak enak
Aku tak bisa menggoda, aku bukan penggoda!

Bibirku terus saja mengatup
Tak juga mampu kubuat mendesah
Darinya hanya ada tanya-tanya meletup
Aku tak mampu merayu, bibirku tak bisa mendesah

Aku bukan pelacur,
Aku tak mau jadi pelacur!
Aku tak mau uang,
Tubuhku menolak dilempari uang!

Aku hanya jiwa yang mati dalam kesepian
Yang di tinggalkan ketika tak pernah mau di tiadakan
Aku hanya tubuh yang terjual dalam debut pertama kelamnya kehidupan
Yang melacurkan ketelanjangan untuk mendapati setitik nikmatnya kebahagiaan
Baca Selengkapnya - DEBUT PERTAMA

Kamis, 29 Desember 2011

MELUKAI LUKA

Aku memerah
Menemuimu dengan mata merah
Ujung bibir yang berdarah-darah
Dan hati koyak penuh luka nanah

Aku mendera luka
Mencintaimu ketika perihku adalah pesta pora
Tubuh yang terus kau minta telanjang dalam nista
Raga beku dalam genangan harunya penolakan noda

Buka pahamu, Betina!
Aku mencintaimu dalam lecutan gairah ketika matamu buta
Keperkasaanku liar mengoyak saat berontak menjerit dalam dada
Kau Ratu untuk binalnya birahi pada ranjang bisu tanpa cinta


Aku melukai lukaku,
Menyayatnya ketika pencarian mencumbu tabu
Terus kusayat dalam persetubuhan tanpa maunya malu
Hingga terus menyembunyikan luka dalam duka yang membiru

Baca Selengkapnya - MELUKAI LUKA

BELAHAN LUKANYA JIWA

Suara itu bersahutan.
Memenggal hitamnya malam.
Ranting berbisik merdu.
Jemari mimpi membelai lembut.
Menyilang di antara belahan.
Bukan belahan dada atau pahaku.
Tapi pada belahan luka.
Luka yang kau sematkan dengan indah merdu dan bersahaja.
Katamu... Aku jiwamu, aku perempuanmu, aku segalanya bagimu.
Aku tiada boleh ingkar dan segera kau bersinggasana di atas kepalaku.
Sudah.
Semua sudah sedemikian rapi dan aku hanya ingin,,,
Kau berkata pada burung burung di sekelilingku bahwa,,,
Aku adalah belahan jiwamu.
Kepada burung burung pemangsa itu sayank,,,
bukan hanya kepada kebodohanku.

___________________________________________________________
Sebuah Puisi yang ditulis Kit Rose
Baca Selengkapnya - BELAHAN LUKANYA JIWA

Rabu, 28 Desember 2011

DI ANTARA CINTA YANG TAK KUTAHU

Di antara gurihnya airmata dan darah
Kucari rasa dalam resah yang temaram


Mencintaimu ketika senja berakhir
Sama seperti menjahit mimpi dengan air
Mengharap terhangati pelukan takdir
Dan hanya terjawab dengan gairah yang getir

Menyimpanmu ketika semua batas terlanggar
Sama seperti menyesap gula-gula dengan rasa tawar
Menanti akhir persetubuhan tanpa rasa, sekedar liar
Dan semua tak lebih dari kenikmatan berpeluh hambar

Cintamu hanya pada tubuhku yang telanjang
Begitu cinta ketika aku membuatmu mengerang
Begitu kau rindu ketika aku membuatmu terangsang
Tubuh telanjangku yang terus kau puja dalam gelinjang

Tak ada rasa setelah semua muntah
Cinta itu lenyap ketika kuminta dari jauhnya ranjang, musnah
Rindu itu mati ketika kutanyakan di bawah terangnya siang, terbantah
Di antara cinta yang tak ku tahu, disana ku dapati kemaluanmu terus menjarah
Baca Selengkapnya - DI ANTARA CINTA YANG TAK KUTAHU

AKU MAU NAMAKU

Aku tak pernah ingin ada disana,
Ketika keseluruhannya kau miliki
Saat adaku berawal dari satu dosa
Lalu aku tak lebih dari sejarah yang mati

Aku tak pernah ingin ada di antara kalian,
Yang mengangkat kepala dari kutil di ujung mata
Yang menggali kubur lebih pagi untuk pemakaman
Tubuhku tak pernah bernama untuk torehan luka

Pergilah berlalu untuk adaku yang tak kau maui
Lupakan segala malam dalam salahnya pergumulan gairah
Hentikan lagi denyut jantungku yang kerap kau coba sudahi
Biarkan aku kembali tanpa darah kalian pada hitamnya sejarah

Saat akhirnya yang kucium adalah tanah pekuburan,
Sewaktu kupertemukan tubuhku dengan dunia tanpa silsilah
Satu saja yang kupintakan pada laknatnya persetubuhan kalian
"Aku mau namaku! Namai aku dengan nama bapakku yang kalah!"
Baca Selengkapnya - AKU MAU NAMAKU

Minggu, 25 Desember 2011

KAKIMU BUKAN DI UJUNG LIDAH

Kau minta dia ada untuk semua
Melukisnya indah dalam kilasan mimpi
Memulasnya untuk hiasan sekelumit tawa
Mengukirnya pada denyut nadi berkali lagi
Dan dia tak ada, tak pernah ada disana

Dia memintamu terus bernyanyi
Saat kau mengais kehangatan di antara gerimis
Sewaktu kau merabanya pada malam tanpa bunyi
Sementara kau mencari jejak cintanya bersama tangis
Dan kau memudar, hilang tanpa kuasa melerai

Kakimu bukan di ujung lidah,
Yang kerap kau puja ketika caciannya menjadikanmu nisan tanpa nama
Lidahmu memahkotakan resah,
Yang mengikatmu terlalu erat ketika tak satu pun maunya jadi kata mata
Ketika kakimu bukan di ujung lidah, apakah ketiadaannya akan terus membuatmu kalah?
Baca Selengkapnya - KAKIMU BUKAN DI UJUNG LIDAH

Sabtu, 24 Desember 2011

KUBAWAKAN DIA UNTUK KALIAN

Kubawakan dia untukmu Bapak
Laki-laki yang kau mau menjagaku
Setengah rusuk penggenap pijak
Penentu suka duka, ketika belum kumau

Kubawakan dia untukmu Ibu
Laki-laki yang katamu membawa langit
Seluruh puja-puji teruntuk berlalunya lalu
Pemilik seluruhku, ketika berisiknya dunia mulai mencubit

Kubawakan dia untukmu Nak
Laki-laki pembawa darah dan daging di tubuhmu
Sebagian hidup dan matinya teriakan takdir yang beriak
Penggenggam hidupmu, ketika datang dalam malam-malam jemu

Dia yang memilikiku tanpa pernah kumiliki
Penikam laku dalam diam yang meminta semuaku terhenti
Pemasung tiap gerak dalam hening yang memintaku mati
Dia saja surga kalian, meski neraka jadi pilihan yang kunanti
Baca Selengkapnya - KUBAWAKAN DIA UNTUK KALIAN

Rabu, 21 Desember 2011

LIATNYA JEMU

Setiap kau menyentuhku,
Disana aku membunuh diri penuh abdi
Membalik dunia yang kuhidupi dengan galau
Terus meninggikanmu pada langit-langit mimpi
Lalu kau pertemukan mataku dengan labirin tak berpintu
Saat kau menyentuhku, akulah budak rasa tanpa denyut nadi

Setiap kali aku terbuai,
Tumpah semua isi kepala pada lembaran lusuh
Menganggap diri perkasa pada perjuangan lalai
Tetap menyangkal kerasnya pengingkaran tak terbasuh
Lalu sobek hatiku dengan permainan khianat yang kau semai
Saat kau membuaiku, aku memanggil kematian tanpa gemuruh

Saat kau menyentuhku, kucari teduh di matamu
Membenamkan diriku yang tak pernah kau dapati disana
Saat kau membuaiku, kupayungi jasadku dengan ragamu
Membiarkan hidupku terhenti padamu yang tak pernah ada
Saat merasa memilikimu, kau membuatku mati dalam liatnya jemu
Baca Selengkapnya - LIATNYA JEMU

Selasa, 20 Desember 2011

TUBUHKU INGIN PULANG

Biarkan malam ini aku pulang
Akan kularung noda-noda malamku di sana
Menyembunyikan sebagian diriku yang jalang
Dan kunikmati senyum lugu yang dulu terhias lena

Sejenak saja, perkenankan aku pulang
Agar bisa kujauhkan  diriku dari kelamnya malam
Menenggelamkan secuil diriku yang dulu kau timang
Untuk kunikmati mudanya mau ketika masih takut terbenam

Tubuhku ingin pulang,
Bukakanlah pintumu untukku yang terlanjur nista
Tutup mataku dari ketelanjangan yang memaksaku gamang
Perkenankanku  membuang malam-malam ku dari balik jendela

Tubuhku mencari pintu tempatku kembali,
Untuk rindu-rindu tertahan  yang memasungku pada neraka
Untuk dosa yang terlanjur kupilih dalam kematian di awal pagi
Dalam pudarnya naunganmu,  tubuhku ingin pulang


Baca Selengkapnya - TUBUHKU INGIN PULANG

Senin, 19 Desember 2011

MANEKIN BERGINCU MERAH


Kubawa tubuh kaku ini
Berbalut pekatnya satin hitam
Kali ini kakiku harus lebih kuat lagi
Tak lagi kutengok kemarin, aku bersiap karam

Kujual lagi tubuh beku ini
Terjamah oleh buasnya mau
Mataku buta sejak terkulum birahi
Kupatahkan laku, bernyanyi dalam ambigu

Sedari kupilih neraka di malam tanpa kerlip bintang,
Akulah penjual suka dalam berisiknya malam tanpa telinga
Memperkenankan mereka mendaki tubuhku yang terus mengerang
Kultus ragaku membisu saat serapah tak lagi mampu mengubur dosa-dosa pendosa

Sedari tubuhku berubah menjadi manekin dalam kaca pajang
Akulah penyabung nikmatnya gairah malam dalam manekin bergincu merah
Menghidupkan jiwa-jiwa mati dengan tubuh kaku tanpa denyut nadi, ragaku tumbang
Terhenti detak jantungku saat hukum di lidah kalian membenamkanku pada laknatnya gairah  
Baca Selengkapnya - MANEKIN BERGINCU MERAH

MENJAMU JEMU


Untuk malam ini kita dahaga pada gelagat
Membaui desah tanpa jamah diantara resah
Terus menusuk mata ketika perih menyayat
Aku mencintaimu di antara rasa sakit yang terus terasah

Untuk segala mimpi, malam ini kita mencandu
Menikmati pergumulan suka dalam gairah yang terbakar
Tuli sudah telinga ketika mencumbu bujuk dan terayu
Aku menginginkanmu di antara perih yang makin berakar

Kau untukku ketika aku hilang dan terlantar
Aku yang hilang dan terbakar ketika kau menginjak remuk dadaku
Kau untukku saat aku gontai dan menjadi liar
Aku yang gontai dan mendadak hambar ketika kau menyerapahiku tanpa malu

Untuk malamku  yang tak pernah lagi kuhiasi denganmu,
Ajarkan padaku bagaimana membisiki ruh-ruh bisu dalam sepinya malam
Untuk menyulammu pada kubur tanpa nisan demi kita yang ingin kulupa saat menjamu jemu
Alam, bisiki ruhku… bahwa tak pernah ada cinta teruntuk kisah yang terus memagut kelam
Baca Selengkapnya - MENJAMU JEMU

Minggu, 18 Desember 2011

LIRIH PERIH PEREMPUAN PEMBUNUH GENTAR

Namanya Sukarti
Dulu tiap pagi menanam padi
Bukan di sawah pribadi karena hanya buruh tani
Sukarti perempuan desa, tak punya mimpi

Sekarang Sukarti punya suami
Pengikatnya dalam akad suci
Laki-laki itu bersumpah menjaganya hingga mati
Sukarti diperistri ksatria, mulailah Sukarti bermimpi

Dalam mimpi, laki-laki ksatrianya berbisik hambar
“Aku ingin punya istana penuh anak-anak lucu, anak-anak kita,”
Pada kenyataan setelah mimpinya usai, Sukarti mendengar
“Kamu perempuan hebat yang bisa membangunkanku istana,”

Ksatrianya tak mampu jadi buruh tani
Suami Sukarti hanya mampu menggoyang ranjang
Laki-laki perkasanya tak ingin mimpinya usai
Suami Sukarti terus memintanya hengkang ke negeri seberang

Sukarti mulai merendakan mimpi suaminya
Menjauhi kampung halaman sekedar untuk berburu dinar
Sukarti melupakan peluh dan airmatanya
Terus menghibur diri dalam lirih perihnya perempuan pembunuh gentar
Baca Selengkapnya - LIRIH PERIH PEREMPUAN PEMBUNUH GENTAR

Jumat, 16 Desember 2011

KITA YANG MELUBANGI SORGA UNTUK MEREKA

Titip nyawaku di kakimu, Surga
Sore ini takdir kusimpankan lagi padamu
Relakan aku menghilang lagi dari doa
Kupinta sekali lagi, lupakan aliran darah ketika rindu

Sore ini nyawa mereka di balik telapak tanganku
Jeritan mereka menuntut serunya jarak kakiku menjala asa
Darah-darah deras itu menunggu terjauh dari runtuhnya pilu
Kugadaikan surga untuk semua nelangsa mereka yang diamuk derita

Surga, berikan dulu bagianku untuk mereka
Biarkan neraka mereka senja ini kau pasungkan untukku
Kaki-kaki hatiku sudah jauh melampaui surga dalam jiwa
Semenit saja kurentangkan surga mereka di antara airmata nan haru

Aku tak inginkan surga, demi mereka aku mau nerakaku
Rela kutumpahkan darah sedarah dari Surgaku demi mereka
Tak akan kuintip lagi surga di kakimu ketika raga ini tak mau lagi membisu
Hanya sekejap adaku yang mereka mau ketika berpuluh asa nyaris saja tiada

Akan kutikam lembah-lembah tanpa pendakian untukmu
Akan kubakar hutan-hutan gelap untuk membunuh tangis kalian
Aku tidak akan menjadi apa-apa untuk sesiapa ketika kubur itu harus digali mau
Aku akan sampai disana terlebih dulu sebelum doa kematian itu menyelinapi keharuan

Aku dan kita akan terus ada untuk surga-surga dari secuil asa
Aku dan kalian tak akan pernah terhenti untuk puing-puing harapan di ujung kematian
Aku, kita dan kalian akan terus melupakan surga ketika mereka masih terbenam nelangsa
Kita akan terus melubangi surga untuk mereka yang ditertawakan megahnya sekat kehidupan
__________________________________________________________________________
Khusus kutuliskan untuk kalian di hari kalianInternational Volunteer Day : Teruslah melubangi Surga dimana pun kalian mencium neraka!
Baca Selengkapnya - KITA YANG MELUBANGI SORGA UNTUK MEREKA

Kamis, 15 Desember 2011

RANJANG TANPA NAMA

Malam tak pernah berkisah tentang kita
Berpuluh peluh dalam cerita selalu tanpa tanya
Kehangatan pada ujung kenikmatan tak lebih dari maya
Disana kita meneriakkan cinta, tapi untuk siapa?

Musim tentang kita tak pernah untukku denganmu
Pernah ingin ku memilikimu di seluruh bagian waktu
Memeluk tatapan matamu teruntuk jiwa yang galau
Untuk apa selalu bertanya ketika kita hanya dibalik kelambu?

Di balik semua masa yang kau ceritakan padaku disana
Tentang indahnya bermimpi tanpa pernah membuka mata
Tentang terbuainya aku untuk kesekian pengingkaran kita
Dalam perih kita terkuak, “Kita masih saja disini, membujuk nyata pada ranjang tanpa nama,”
Baca Selengkapnya - RANJANG TANPA NAMA

Rabu, 14 Desember 2011

SAJAK PEREMPUAN YANG MENANTI DUKA

Ku ingat datangmu dalam gerimis airmata
Tubuh yang tak lagi ranum seperti semula
Air muka yang tak lagi bercerita tentang muda
Pijak kaki yang kerap terhenti penuh tikaman luka
Kau perempuan kesekian dari kisah malam yang berduka

Anakku bertanya dimana bapaknya,
Ku bujuk lugunya dengan baju baru dan mainan
Terus saja mulut kecilnya menanya siapa bapaknya
Ku maki diri di depan cermin dengan darah dan noda
Ku siksa masa dalam nanah yang tak pernah bisa ku perdaya



Malam itu semua telah di ambil bapakmu, Nak
Cinta dan harga diriku di buangnya pada ujung malam
Membesarkanmu dalam pergumulan malam membuatku berontak
Memupukmu dengan seluruh cintaku diantara begitu kelamnya malam
Biarkan dulu ibumu ini disini, Nak…jangan dulu kau cari bapak

Yang ku dapati sore ini,
Masih kau dengan airmata dalam kisah berulang
Tentang laki-laki yang datang pada musim mekarnya kembang kopi
Memberimu gula-gula haru birunya kisah cinta seperti semua tak akan gamang
Dan airmatamu itu masih tetap duka yang mudah tertebak, duka yang dinanti?

Kemarilah, sekali lagi kita hadang malam
Jangan kau teteskan airmata ketika menyulam noda
Jangan lagi kau bawa resah pada skenario malam
Sekali setelah ini kau maui untuk usai, larikan kemurkaanmu untuk barunya bahagia
Luruhkan noda ketika kau mau semua terhenti dan menjauhi nista, jangan lagi tenggelam!
Baca Selengkapnya - SAJAK PEREMPUAN YANG MENANTI DUKA

Selasa, 13 Desember 2011

TERUNTUK ANAK-ANAK TANPA NAMA

Ku ingat betul bagaimana caramu memaki
Suara keras dari mulutmu bagaikan halilintar
Sakit tendanganmu masih kuingat dengan hati
Tiap malam kulihat ibu menyayat nadinya agar kami mati

Aku tak pernah ingin ada dan terlahir
Aku tak pernah memilih untuk jadi anak haram
Ketika aku terpaksa ada diantara kalian, akulah yang terpandir
Ketika aku terlahir disaat kalian tak menginginkanku, aku terbungkam

Kudengar lamat gerutumu tiap jantungku makin kuat berdenyut
Sekali lagi, dengan kebencian kau putar otak untuk membuatku mati
Setiap hari adalah kau dengan imajinasimu tentang takdirku yang ingin kau renggut
Teriris hati ketika sorga tempatku menumpang makan pun tak menginginkanku lagi

Aku tak pernah ingin kalian bunuh
Aku tak pernah bisa berontak untuk menolak kebencian kalian
Ketika akhirnya aku tetap ada diantara kalian, akulah anak yang terbunuh
Ketika aku hadir di antara kebencian yang membuncah, aku telah kalian kebumikan

Kami anak-anak terbuang yang memenuhi selasar malam dengan kebisuan
Tak pernah miliki dunia dalam tawa di ujung bibir, kami kematian yang di hidupkan
Kami anak-anak penuh noda yang tak pernah melupakan dosa-dosa kalian
Tak pernah tahu bagaimana terangnya dunia, kami kehidupan yang di sembunyikan

Kenapa tetap mecibir ketika sudah tak lagi ada yang bisa kami rasakan?
Kenapa terus kalian sembunyikan ketika kami tak pernah miliki penglihatan?
Kami anak-anak tanpa nama Bapak, hanya kode-kode angka penanda di pergelangan
Kami anak-anak tanpa air susu Ibu, sudah lama terbunuh meski belum terbungkus kafan
Baca Selengkapnya - TERUNTUK ANAK-ANAK TANPA NAMA

RANJANG MATI YANG KAU NANTI

Ranjang kita mati setelah…
Kau serahkan ketelanjanganmu atas nama cinta
Ketika ku mau kita dalam kisah satu malam tanpa lelah
Dan kau meminta seluruh hidupku untuk esok yang selamanya

Kau yang membunuh ranjang kita, ketika…
Aku menginginkanmu dalam birahi panjang di malam dingin
Namun dengan desahmu kau bujuk aku dalam pasungan cinta
Dan seluruh petualanganku menolakmu untuk semua yang tak kuingin

Kau langgar batas yang membuat ranjang kita hening
Dulu berbisik lirih menimba mesum untuk semusim rasa
Menunggu lenguh nikmatnya persetubuhan yang tak pernah kering
Kini kau minta akad untuk cinta dari balik pergumulan raga

Kau nanti ranjang yang mati di tanganmu
Siksa hatimu untuk kematian yang kau tikamkan sendiri
Bunuh kita ketika kau memintaku bersanding untuk ikatan semu
Ini ujung penantianmu, ranjang kita yang kau akhiri 

Baca Selengkapnya - RANJANG MATI YANG KAU NANTI

Senin, 12 Desember 2011

KISAH CINTA YANG TAK PERNAH ADA


Aku akan mencintaimu setelah jeda
Biar kubuai dia dengan skenario drama kesetiaan
Biar kudengar kisahnya tentang bahagiayang melanda
Ritual membosankan, seperti meminang kematian

Kini waktuku menikmatimu dalam jeda
Melenakanmu dalam liarnya pergumulan birahi
Mencintaimu setelah ku dapat nikmat tiada tara
Ini kisah lainku denganmu, lugu yang kugagahi

Aku tidak untuk kau miliki
Tapi aku pemilik sekujur tubuh telanjangmu
Hidupku terlebih dulu untuknya yang selalu kau maki
Sebulat apa pun ketelanjanganmu mencanduku, aku tak pernah hendak memilikimu

Teriaklah dalam tanya tentang ujung yang kau mau
Dan suaraku akan lebih keras menghentakkanmu pada titik nadir
Ikat aku lebih lekat pada tubuh telanjangmu yang memintaku
Akan kugores perih untuk kisah cinta yang tak pernah ada dalam pikir
Baca Selengkapnya - KISAH CINTA YANG TAK PERNAH ADA

Minggu, 11 Desember 2011

AKU MEMILIKIMU DALAM TAS BEPERGIANKU


     Kubuka mulut tas ini lebar-lebar. Harusnya bisa lebih lebar dari ini. Aku mau sofa tua di ruang dudukku bisa masuk ke dalamnya. Sofa dengan warna coklat tua yang empuk itu selalu lebih bisa membuatku terlelap ketika kurebahkan tubuhku di sana dalam genangan airmata yang menghangatiku. Aku harus membawanya.
       Aku juga mau genta angin di depan jendela kamarku yang gemerincingnya membawaku ke bibir laut pada merahnya senja itu juga bisa masuk ke dalam mulut tasku ini, lengkap dengan laut dan senjaku yang memerah. Genta angin, bibir laut dan senjaku ada juga di dalam tas bepergianku. Ini akan jadi perjalanan yang luarbiasa buatku.
       Ada satu lagi benda yang ingin kumasukkan ke dalam tasku. Yang ini benar-benar tidak boleh terlupakan.
      “Kemana bersembunyinya dia? Selalu saja merepotkan,” gerutuku.
      Ini dia! Bau busuknya tak mungkin bisa menghindari seluruh cintaku padanya. Aku mau tubuh penuh luka ini muat juga kumasukkan ke dalam tas bepergianku.Kutarik tubuh penuh sayatan dan darah yang sudah mongering ini mendekat ke dalam mulut mulut tas bepergianku.
      “Uuuhhh…harusnya tubuhmu tak sekaku ini kalau sudah membusuk. Susah sekali memasukkanmu dalam tas bepergian kesayanganku. Hah!” Mulutku begitu kesalnya mengeluh sampai harus monyong sekian senti dari bentuk aslinya.
       Lumayan juga acara packingku sore ini, melelahkan. Aku mau kopi dan sebatang rokok sebelum kutinggalkan rumah ini. Kuambil satu sachet kopi hitam yang begitu saja kutumpahkan dalam cangkir dan menyeduhnya dengan air panas tanpa gula.Kubawa secangkir kopi panas buatanku ke beranda belakang rumah. Kuletakkan cangkir kopiku di meja di samping kursi malas dan menghempaskan tubuhku pada kursi malas bisu ini. Kucium aroma basahnya tanah karena gerimis yang turun, hhhmmmm…., kubakar sebatang rokok dan mulai kunikmati nikotinnya.
      “Aku tidak bisa meninggalkannya, Des,” Suaranya bergetar. Sekali lagi emosinya terpancing.
      “Kau harus bisa meninggalkannya! Harus!” Jawabku dingin dalam tatapan mata kosong.
Setiap malam di akhir pertemuanku dengannya, selalu percakapan itu saja yang kami lakukan. Tidak pernah ada pembahasan topik lain yang jadi bahan pertengkaran kami. Dia selalu dengan mukanya yang kebingungan, dan aku selalu dengan mukaku yang dingin tanpa ekspresi.
      “Hanya kematian yang bisa memisahkan aku dengannya,”
       Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit……………. Tak ada lagi kelanjutan kalimat itu setelah kusumpalkan belati ke dalam hatinya. Kutusukkan lebih dalam belati itu di sana. Darah segarnya membasuh mukaku, hangat. Kucabut belati itu. Kusobek mulutnya dengan belati berdarah itu. Kalau pun hidup, dia tidak akan lagi bisa bicara dengan jelas setelah mulutnya kurobek hingga cuping telinganya. Matanya… ah, biarkan saja matanya, aku suka matanya yang membeliak itu. Mata itu sering terlihat memelas di depanku, aku menyukai matanya. Sekarang telinganya yang harus kupotong. Telinganya terlalu sering mendengar ancaman dari ibu dan istrinya yang membenciku. Dan sekarang, kau tidak miliki telingamu. Biarkan kucing-kucing rakus itu yang memakan telingamu.
       “Kalau aku mati dan kita bertemu lagi dalam kehidupan yang baru, aku akan selalu menemanimu dengan secangkir kopi pahit dan sebatang rokok di beranda rumah pantai kita, Des. Akan kupeluk selamanya kau diatas sofa coklat ini sambil menikmati ombak dan gemerincingnya genta angin kesukaanmu itu,”
       Kita akan ke rumah pantai sekarang. Tempat biasa kita memadukan cinta terlarang kita di akhir pekan. Kau, sofa coklat dan genta angin kesukaanku, sudah semua di dalam tas bepergianku. Selamanya kita akan di sana. Selamanya akan kupeluk dan kumiliki tubuh tanpa telingamu yang hatinya pecah memerah oleh darah. Aku dan matamu yang terus membeliak, memelas. Akan selalu menikmati secangkir kopi pahit dan sebatang rokok di atas sofa coklat ditemani gemerincingnya genta angin yang syahdu. Aku memilikimu.  
**********************
Baca Selengkapnya - AKU MEMILIKIMU DALAM TAS BEPERGIANKU

NYANYIAN PAGI SELOYANG CHEESE CAKE


    
        Kudengar nyanyian tanpa nadanya berulang lagi dari luar pintu kamar. Masih suara dari mulut dengan bau busuk yang sama. Syair lagunya juga masih sama dengan syair lagunya yang kemarin. Masih soal ice creamnya yang tak pernah bisa kandas kujual. Pagi yang memuakkan! Aku benci pagi dan mulutnya!
       Kusembunyikan diriku lagi di balik selimut tebalku. Ada cheese cake kesukaanku di sana. Tiap kali nyanyian dari mulutnya membuatku muak, tiap kali juga cheese cake menebus semua muakku dengan kenikmatan. Kuraup dengan rakus bagian demi bagian cheese cake itu dan kupenuhi mulutku dengan lumatan gurihnya yang memabukkan indera perasaku.

     
      “Hari ini matahari lebih mengkilat dari kemarin, ice cream kita pasti laris manis hari ini. Ini saatnya merayakan semangat! Kucing harusnya sudah bangun lebih dulu dariku, kemana dia?”

Suaranya jauh di luar kamar, tapi selalu saja mengganggu dan menginjak-injak kebiasaanku melahap habis cheese cake kesukaanku dari balik selimut.
Sendok mungil ini tak lagi memuaskanku untuk menikmati cheese cake. Kubuka saja mulutku lebar-lebar dan kutumpahkan tiga perempat sisa cheese cake ini ke dalam sana. Semuanya kutumpahkan begitu saja ke dalam mulut mungilku. Di sana cheese cake gurihku tadi bertemu nyanyian itu lagi.
     
**
      Pagi ini nyanyiannya mengganggu tidurku lagi. Selalu nyanyiannya yang lebih dulu membangunkan aku. Sekali pun mulutnya tak pernah berhenti bernyanyi dalam keluh kesah. 
      
       “Bodoh! Seperti apa kau  tawarkan ice cream kita pada mereka? Kenapa kau bawa pulang kembali semuanya? Semuanya tidak laku?!”

Kudorong nyanyian itu dengan seloyang cheese cake-ku yang tertawa terbahak-bahak di dalam sana. Kudorong nyanyian itu hingga menyentuh ujung segala ujungnya makanan yang terserap dalam tubuhku. Pembuangan. Ku buang semua nyanyian itu di sana. Di tempat kotor penuh bau busuk, tak akan terlihat dan tak akan pernah lagi bernyanyi.
     
        Pagiku selalu seperti itu, ritual nyanyian memuakkan terus berulang berkali lagi. Tetap dengan mulut yang sama, nyanyian yang sama dan ritualku yang sama pula. Kusembunyikan lagi diriku di balik selimut tebal dengan seloyang cheese cake, sendok dan mulutku yang terbuka lebar, menanti gurihnya merasukiku lagi.

***
     
      “Kucing itu sangat memalukan, selalu membuatku malu. Ice cream saja tak bisa dia jual, apalagi dirinya? Kucing bodoh! Aku membencinya!”

      Lagi-lagi nyanyian itu! Tunggu dulu...Nyanyian itu bukan dari luar kamarku. Nyanyian dari mulut busuknya itu kali ini ada di dalam kamarku! Tidakkk! Sekarang nyanyian itu ada di dalam selimut, tempatku biasa menyembunyikan diri dalam perjamuan cheese cake pagiku. Nyanyian itu keras sekali di telingaku. Telingaku pekak. Mataku membeliak. Hatiku berteriak. Dan sekeujur tubuhku berontak.
            Kusendoki nyanyiannya dengan  seloyang cheese cake. Lahap sekali mulutku menelan semuanya. Ada yang berbeda dengan pagi ini, semuanya berbeda. Rasa cheese cake-ku lebih gurih dari biasanya. Warna krim cheese cake-ku tak lagi broken white, tapi merah, teramat merah. Seperti merahnya darah segar yang mengucur.  
        Di loyang tempatku menyantap habis cheese cake-ku, ada bulat matanya yang membeliak, ada mulutnya yang terbuka dan tertutup menyanyikan lagu pagi yang sama. Kulumat beliak matanya dengan sendok mungilku, lalu kumasukkan dalam mulutku. Kumamah kasar disana, lalu… buang. Kupukul-pukul mulut yang terbuka dan tertutup seenaknya itu dengan sendok. Kutelan dalam mulut, lalu… buang. Kepalanya pecah membuncahkan merahnya darah yang mengucur mewarnai cheese cake-ku. Disana rupanya rasa gurih cheese cake-ku pagi ini bertambah.
        Nyanyian penuh caci makinya tentang diriku yang tak pernah mampu menjual diri seperti  'peliharaannya' yang lain, tak terdengar lagi pagi ini. Serangan amarahnya yang lancang memasuki kamarku, memaksa tangan ini mengetuk kepalanya berkali-kali dengan martil yang selalu kusembunyikan di bawah selimut sejak aku muak dengan nyanyiannya.
     Aku bukan kucing peliharannya! Aku tidak mau menjual kemaluanku yang membeku seperti ice cream tiap kali laki-laki pencari nikmat itu mendekatiku dengan segepok uang. Aku muak dengan nyanyiannya! Pagi ini semua tersudahi. Kusobek mulutnya yang terus terbuka dan tertutup menyanyikan umpatan memuakkan. Darahnya yang mengucur deras mewarnai cheese cake-ku. Pagi yang berbeda, tanpa nyanyian memuakkan dan seloyang cheese cake berwarna merah darah dengan remah-remah otak dan bola matanya disana.

*****
Baca Selengkapnya - NYANYIAN PAGI SELOYANG CHEESE CAKE

Sabtu, 10 Desember 2011

SEMALAM LAGI TANPA KITA


Pulang lagi ragamu pada pintu yang lain
Meninggalkan aku dalam malam tanpa kita
Kau tutup pintu kamar kita denganmu di bagian lain
Semalam lagi kebodohanku memberikan ruang untukmu, tak untuk kita

Malam-malamku denganmu adalah malammu yang sama saja dengannya
Kau tusukkan harap di bagian terdalam tubuhku ketika aku belum tersadar dari kenikmatan
Dia pun kau hujani dengan labuhan cinta dalam ikat darah tanpa  kehendak terpisahkan Tanya
Telapak tanganmu menggenggam permainan paling tabu dalam gelapnya pengkhianatan

Kemarin ku miliki kaki yang kucambuk dengan luka
Menguat dan terkuatkan nyali dan mauku berkuasa atas diri
Hingga kau datang melumpuhkan semua tegar jiwa
Memasungku pada kecanduanku akan dirimu yang tak boleh kumiliki

Saat ketelanjanganku mulai kau selimuti dengan harga diri
Saat aku mulai mempercayai keberadaanku pada pijak kakiku di atas langkahmu
Saat itu juga kau perlihatkan pada hatiku yang mati
Bahwa tiap malamku tanpa kita adalah ujung kenaifanku akan kisah semusim nan semu
Baca Selengkapnya - SEMALAM LAGI TANPA KITA

HENTIKAN AKU UNTUK...


Hentikanku sekali lagi demi…
Rindu-rinduku yang memucat
Saat aku memintamu tunai untuk pagi
Mengharapmu dengan sepenuh hati seakan sekarat
Mengaismu di malam  kesekian kala aku  tersendirikan  lagi
Ketika yang kudapat hanya sentengah cintamu dalam khianat
Tak lebih dari umpatan penuh candu cinta saat aku takjuga pergi
Hentikan aku untuk kisah cinta yang tak pernah membuatku kuat

Hentikan aku untuk…
Setiap maumu akan sekujur tubuhku
Ketika lirih kuminta hatimu diantara desah  tanpa peluk
Mencarimu dalam derai airmata saat kau selalu pulang bukan padaku
Terus memahkotakanmu ketika punggungmu meludahi aku yang terpuruk
Dan bukakan mataku yang berdarah untuk semusim maumu akan mudanya diriku
Ketika terus kupungkiri sakit di samping kubur yang tergali cemburuku saat mengamuk
Hentikan aku untuk satu bait syair sedih yang kucipta sendiri dari hati yang  terlanjur beku

Hentikan diriku dari dirimu!
Dirimu yang terus memintaku ada ketika bagimu aku sesekali terlihat
Diriku yang tetap merajakanmu tanpa ampun dalam cinta tanpa mau malu
Aku ingin berhenti, aku bukan pengkhianat
Hentikan aku untuk tubuhmu yang terus merajahku penuh nafsu
Hentikan aku teruntuk bara hatimu yang terlalu singkat
Biarkan aku terhenti dan berlalu untuk hari-hari semu tanpa keberadaanmu
Biarkan aku terhenti dan kembali pada dulunya diriku yang nyaris habis kau lumat
Baca Selengkapnya - HENTIKAN AKU UNTUK...

Kamis, 08 Desember 2011

CUMBUAN AMBIGUNYA SECANGKIR KOPI PAHIT

Aku mencintaimu ketika kau tak ada
Menginginkanmu ketika malam mulai mati
Memanggilmu ketika pagi tak di awali nyata
Bagiku, mencintaimu adalah menganggapmu usai

Kau menginginkanku ketika kau ingin aku ada
Memenuhiku dengan kerinduan yang membuncah
Memelukku seperti hendak memilikiku tanpa sela
Bagimu, mencintaiku adalah selalu memaksaku resah

Cumbuan ambigunya secangkir kopi pahit
Adalah mempertemukan punggungmu dengan mukaku
Menukar hatiku dengan cintamu yang tak pernah kugamit
Ketika ujung-ujung kita tak lagi berakhir simpul, kita ambigu

Cumbuan ambigunya secangkir kopi pahit
Adalah ketika kumau kau ada tapi tak pernah ada
Menganggapmu ada ketika adaku bagimu jadi hal yang rumit
Saat adaku terus kau tiadakan, kita mulai menggali kubur tanpa cerita
Baca Selengkapnya - CUMBUAN AMBIGUNYA SECANGKIR KOPI PAHIT

MALAM SETELAH MALAM ITU

Ketika itu hatinya kosong
Tak menahu hendak di isi dengan apa
Secuil rasa tentang hangat tak lebih dari bohong
Hati itu beku tak berisi apa pun, hampa penuh nelangsa

Malam itu kau isi jiwanya dengan mimpi
Kau genggam erat tangan dinginnya yang beku
Hangat itu perlahan dirasakannya di sela-sela diri
Di mulailah parade setianya rasa pada rerindu baru

Sekarang matanya tanpa binar
Lebih mati dari kematian yang kemarin membuatnya terbunuh
Tak ada dirimu di sana, tak juga ada dirinya dalam nadi yang bergetar
Malam ini dia terbunuh setelah lebih dulu jiwanya membusuk tanpa ruh

Malam setelah malam itu,
Dia tak lagi kuasa membohongi cintanya padamu, cinta yang tak diperbolehkan
Malam setelah malam itu,
Cinta yang di harapnya membuat tegak pijak, tak lebih dari cinta yang penuh kebohongan
Baca Selengkapnya - MALAM SETELAH MALAM ITU

PERAYAAN MALAM

Malam ketika kau datang
Kugapai punggungmu, tinggallah
Bersama kita membunuh sisa petang
Kurengkuh hatimu lebih dalam, hati kita berbeda arah

Malam itu kau berlalu
Kau runtuhkan seluruh keberanian
Sendiri kita terpendar kumparan waktu
Kupanggil namamu, masamu dan masaku hanya khayalan

Malam ketika kita menghilang
Kau bawa seluruh dirimu tanpa menyisakan siluet untuk rinduku
Kukemasi sendiri kesendirianku yang mengusang untuk pulang
Kita melupakan lekatnya sisa rasa di ruangan gelap ini tanpa kata tunggu

Malam ini kau dan aku kembali menyulam kelam
Bertemu untuk kesekian kali tanpa menahu siapa yang mendahului ingin
Mentertawakan ketelanjangan pada derasnya keringat mau hingga karam
Aku meminta hatimu ketika kau merajuk pada tubuhku yang selesai kau inginkan
Baca Selengkapnya - PERAYAAN MALAM

LAKI-LAKI KEMARIN

Laki-lakiku kembali
Di mulutnya penuh kisah
Tentang ruang peluh yang kemarin penuh gairah
Ini bukan tentang singkatnya malam, tapi sebuah janji

Laki-laki itu memunguti hatiku
Telapak tangannya berukir lamunan
Tentang senja dalam gerimis yang waktu itu pudar
Kini serpihan itu kupugar kembali, aku tak pernah hilang
Kau masih laki-laki yang sama
Laki-laki yang pernah terbunuh ketika kisah mulai berawal dengan mimpi
Laki-laki yang menyisakan punggung lelahnya demi tunainya sebuah janji
Kaulah laki-laki dalam labirin waktu tempo hari, tak bernama

Terpecah berkeping-keping seperti cangkir kopiku yang retak
Pernah berisi penuh kehangatan di malam-malam tanpa suara
Lalu lekang dalam riuhnya mau pada puncak-puncak keheningan
Kini datang kembali ketika lipatan lusuh di telapak kaki ini bertemu mati











Baca Selengkapnya - LAKI-LAKI KEMARIN

Rabu, 07 Desember 2011

KEMBALI ADA UNTUK BERLALU


Di sini kala itu kita mendera mayanya setia
Setia untuk tetap ada tanpa kata pisah
Satu malam lagi untuk perayaan rasa
Di sini kala itu kita mencoba melupa resah

Kau pergi dengan mahkota di ujung lidah
Menitipkan janji yang kian hari menusuk hati
Namun terus kujagan dalam perihnya bersalah
Kau meninggalkan sabda untuk jiwa yang sepi

Ingatlah airmata yang tumpah senja itu di dadamu
Hangatnya adalah setengah sobekan hatiku yang mati
Derasnya adalah seluruh labuhan rasa dalam pilu
Ingatlah, ketika kau pergi membawa sebagian dari diri ini

Lalu kau datang menyerahkan sebagian hatiku yang dulu kau bawa
Mendapatinya terjahit lekat dalam dadamu, keras berdenyut dan menyatu
Ketika hendak ku serapahi diri yang kosong dalam  kebencian tanpa kita
Ku dapati kau kembali  meminta setiaku dan kita kembali ada untuk berlalu
Baca Selengkapnya - KEMBALI ADA UNTUK BERLALU

Selasa, 06 Desember 2011

SAJAK DI SEBERANG LANGIT (II)


Senja di atas bukit kali ini kumaki dengan mimpi!
Sudah berkali kuminta pada-Mu, bunuh saja rasaku!
Angkasa sudah membawa semua haruku tentang kisah
Laut sudah meminta semua airmataku akan ujung yang tiada

Aku siapa untuk rindu yang tak pernah memenuhiku?
Aku di mana ketika kematian begitu memamah-biak resahku?
Senja kali ini... Perkenankanlah aku lelah di ujung penantian
Biarkan semua tiada ketika kehadiran selalu tentang airmata

Senja mengikat banyak sekali pijak
Menggulung semua puncak-puncak haru
Menukar semua pongah pada bejana tak beriak
Hingga hanya menyisaku pada sebait larik rindu

Kutukar semua kisah lalu untuk satu lagi bara di dada
Menyematmu di bilik hati terhangat di antara kelindan asa
Memupukmu dengan segenap doa-doa pada ujung legenda
Memilikimu seperti menunggumu pada sekian lalunya masa merasa

Kesenyapan subuh ini,
tak lagi menggerus keroposnya tulang.
Mencairlah segala sunyi,
dialiri hangat yang pernah hilang.

Sendang ini sarangku.
Menganyam jalin-jalin masa-
tak kupagari dengan kembang sepatu
biar meluas saja pekarangan jiwa bertabur asa...

_________________________________________
Sebuah puisi yang ditulis Januar Prameshwara dan Yayag YP

Baca Selengkapnya - SAJAK DI SEBERANG LANGIT (II)

SAJAK DI SEBERANG LANGIT (I)


Tergerus badai...
Dipanggang congkak jilatan sang surya
Mencekik leher haus yang terkulai
Tanah kering ini adalah aku!

Meratapi kisah pada senja...
Seperti mengasah belati di ujung lidah
Kemarauku mengetuk tulang rusuk
Aku musim tanpa tanda tanya!

Selaksa camar anggun melayang,
masih saja setia pulang di ujung hari.
Dan bulan yang mengukir bayang-bayang,
tetap terus menggigit tepian hati.

Pulau demi pulau terlewati
dalam tatapan yang kian mengabur.
Di geladak kapal masih teronggok tumpukan peti
berisi harapan yang menghablur.

Pada bibir laut kutundukkan hati
Menikmati heningnya peraduan tanpa kisah
Kupertemukan jeda dengan setengah diri yang hanyut
Sepi adalah pantulan raga untuk labirin-labirin kelelahan

Pada bibir laut kusesapi diri
Menyelimutkan bintang-bintang untuk gulitanya malam
Aku menginginkan diriku terjaring jala-jala nelayan yang mencari
Sebait syair tulusnya cinta adalah pengharapan kesekianku akan keberadaan

Setapak berliku di pasir pantai-
Selalu menarik kaki-kaki terbelit rantai
Memaksa jiwa yang kurus mendaki ngarai-
Ditendang sinis tatapan kadal yang mengintai

Bukit ini penghabisan -jemari tangan sudah kaku-
Darah ini penasbihan -matahari terhisap kelam-
Sunyi mempertegas beku,
ketika sukma tenggelam.
Baca Selengkapnya - SAJAK DI SEBERANG LANGIT (I)

Jumat, 02 Desember 2011

MARAHLAH UNTUK KITA


Jangan meratapinya, marahlah!
Pada malam yang membuat karam
Saat gelap kembali memasung amarah
Ketika haru kembali lagi untuk temaram
Marahlah!

Demi noda yang harus terus kau cipta
Demi terkoyaknya cinta dalam  penistaan
Teruntuk tatapan hampanya penglihatan tak nyata
Teruntuk tercabiknya berkali lagi harga diri
Marahlah!

Kita bukan badut-badut taman hiburan
Yang seharian terus memulas senyum untuk mereka yang datang
Lalu menyanyikan pilunya siksaan pada kotornya tubuh yang tertawan
Kita bukan badut-badut penadah pati yang sekali dipakai lalu terbuang
Marahlah, marah untuk kita yang sudah terlalu lama terlunta di akhir kenikmatan
Baca Selengkapnya - MARAHLAH UNTUK KITA

Kamis, 01 Desember 2011

LAKI-LAKI TUA ITU AKU


Kuingat laki-laki tua itu disatu masa
Mulutnya terus berbuih asap tembakau
Tatapannya begitu tajam menghujat renta
Sudah lama laki-laki itu buta dan membisu

Kalau waktu  tak memakan usia
Inginnya dia membuka mata untuk bahagia
Menghancurkan jangkar ketika bertemu labuhan
Lalu bersandar pada beranda rumah dengan belaian

Laki-laki tua itu masih ditempat yang sama
Tetapdengan tembakaunya yang menyengat
Matanya buta, tapi penuh dengan cerita lama
Sesekali dihapusnya airmata yang menetes hangat

Di genggamnya cerita usang itu begitu lama dan erat
Bibirnya mendarat pada genggaman tangannya, laki-laki itu mencium kenangannya
Dia tiupkan sedikit nafas lelahnya untuk genggaman yang tak lagi erat
Laki-laki itu aku…aku yang berakhir pada liang kubur penuh dengan kenangan lama
Baca Selengkapnya - LAKI-LAKI TUA ITU AKU

KAMBOJA PUTIH DI ATAS BUKIT TANYA (2)

    Senja ini, aku masih dibawah rindangnya kamboja putih. Masih dibukit penuh tanya tempatku bersandar dengan sejumput kegalauan.

Kau disana, sibuk mengemasi matahari
Melipat semua pijak jejak dengan buru-buru
Bersenandung riang untuk nada-nada nirwana
Kunikmati saja punggungmu dari kejauhan sini

Sebentuk rekahan kisah kau rekatkan kembali
Pelan dan khidmat rindu itu membelai sejarahmu
Meningkahi mereka dengan menjulangnya kenangan
Airmataku tumpah ketika kedekatanmu begitu sulit kusentuh

Aku tak hendak kemana-mana lagi sayang
Bukit ini sudah kupilih sejak lelahku terlalu mendera
Sudah kusematkan sisa hidupku pada bunga-bunga Kambojanya
Ketika adamu adalah kebetulan yang mempertemukan, aku menunggu

Setengah hati ini masih berwarna merah
Tapi ragaku sudah lama ku kuburkan pada akar-akar Kamboja di bukit ini
Hati ini hidup dalam raga yang tiada, seperti menunggu luka kesekian pada akhir
Ku raba punggungmu dengan hatiku yang tak pernah kau sentuh, sayang...bolehkah aku minta kau kuburkan?

      Sekuntum Kamboja putih itu jatuh menerpa punggungmu. Senja makin memerah ketika makin banyak Kamboja putih itu jatuh menyentuh punggungmu.
Baca Selengkapnya - KAMBOJA PUTIH DI ATAS BUKIT TANYA (2)

MUSIM INI BAWAKAN DIA UNTUKKU


Lelah sudah ku rajut serpihan hati
Menunggu pagi ketika malam  yang datang
Langkah ini kerap bertemu belati
Menyisa asa berarti mengadunya dengan gamang

Musim ini, entahlah akan membawaku kemana
Di dalam dada ini tak lagi ada ruang untuk galau
Mulutku ingin berteriak pada gulungan ombak disana
“Di mana pun setengah hatiku kau simpan, musim ini bawakan dia untukku,”

Melarikan jiwa penuh tanya dalam jeda rasa
Seperti melarung luka dengan suramnya ketakutan
Mungkin musim ini kau akan ada untukku setelah purnama
Seketika datang, singgah, lalu berganti cerita dalam kenangan

Musim ini akan tetap seperti beberapa musim kemarin
Masih tetap penuh harap dalam mimpi-mimpi tanpa lelap
Berdamai dengan laut yang ujungnya tak bisa ku jalin
Berarti menyerahkan sebagian sisa raga dan hati untuk bertemu lindap
Baca Selengkapnya - MUSIM INI BAWAKAN DIA UNTUKKU