Jumat, 30 September 2011

TAK PERLU

Dulu kau bilang,
"Kau hanya pemimpi,"
Selalu penuh harap
Hanya indah tergambar

Kemarin kau bilang,
"Kau terlalu sering bermimpi,"
Semua itu bahagia
Hampir tiada khianat

Hari ini kau juga bilang,
"Kau tidak boleh lagi bermimpi,"
Semuamu hanya rahasia
Hanya bom waktu

Tak perlu kau bilang aku pemimpi
Tak harus kauminta agar aku tak lagi bermimpi
Kalau hanya pergiku yang kau harap

Kalau mimpi-mimpiku kau rampas tanpa bekas
Baca Selengkapnya - TAK PERLU

UNTUK APA?

Untuk apa bertanya
Kalau sudah sangat terasa
Untuk apa berharap
Kalau secuil asa pun tiada
Untuk apa meminta
Kalau menahu semua dusta

Kalau baru terasa
Aku ingin kau yang menceritakannya
Kalau harapku sekedar sisa
Aku ingin kau mengambil semuanya
Kalau seketika tanpa cinta
Aku ingin kau buat ku melupa

Ada kata bukan sekedar rasa
Aku tak pernah ada untuk rahasia
Ada rindu tak harus hadir cinta
Aku tak pernah mau semusim saja
Ada cinta pun bisa menghadirkan siksa
Aku tak pernah ingin diberi harap lalu fana
Baca Selengkapnya - UNTUK APA?

SALAH PINTU

Yang kulihat hanya pintu
Tak ada jendela
Tak satu pun kaca bening
Aku tak bisa mengintip ke dalam

Yang kudapati hanya pintu
Terkunci dari dalam
Tapi ada kau di depannya
Aku buta ruang dibelakang pintu


Yang kunikmati berikutnya
Tanganmu meremas jemariku
Terbiasa berkelakar penuh kata
Aku masih ingin tahu apa yang dibalik pintu

Yang kusesali kemudian
Terikat hatiku pada ketidaktahuanku akanmu
Terpasung cintaku untuk hati yang tak kutau milik siapa
Aku masih diluar pintu, masih selalu di pintu yang salah

Kenapa tidak kau usir aku
Sebelum aku meremas juga jemarimu dari luar pintu
Kenapa tidak tunjukkan padaku apa di balik pintu itu
Saat kau lebih tahu, terlarang bagiku menaruh hati pada pintu yang salah
Baca Selengkapnya - SALAH PINTU

TAKUT

Malam ini milikku lagi
Kupagut mesra kau pada lamunan kesekian
Asap rokok menghadirkanmu dalam siluet
Kupejam mataku lamat penuh khidmat
Aku ingin sekali saja malamku denganmu
Membenamkan diriku pada adamu
"Aku takut sekali malam ini,"
Sekali hatiku merabamu disana
Cinta kita terpagar sunyinya rahasia
Hatiku mencintaimu sayang
Tulus rasaku menembus pandora itu
Betapa lumat aku pada ketakutanku
Aku menggigil takut tanpa pelukan
Mampukah aku tersayat lagi
Bisakah renta waktuku menantimu menusukku dengan belatimu?
Apakah bisa kukemasi ceceran hatiku ketika kau buka kotak hitammu?
Mungkinkah pelukmu kian erat tanpa lindap ketika aku terguncang rahasiamu?
Seperti apa kau hari itu dihadapanku
Ketika pongahku akan cintamu membuatku menelan semua racunmu

Waktu aku sekarat meregang dalam kecewa akanmu tetap mencintaimu
Seperti apa kau hari itu dihadapanku
Mencukupkan rasa karena kau harus kembali padanya
Memanggilku hanya sebagai kenangan lalu kau campakkan
Ataukah lebih indah bagiku untuk memintamu menguburku pada ratapan?
Baca Selengkapnya - TAKUT

BERHARAP BERARTI

Aku menghitam legam dalam kelamnya malam ini
Sendiri...
Tak dimiliki
Belum juga kau miliki
Ataukah memang aku tak pantas kau punyai?

Aku kembali mencumbu sendiri sepiku disini
Sunyi...
Kau kucintai, tapi kau tak disini
Kau kurindukan, tapi kau tak pernah menghangati hati
Apakah kau tahu kalau malam-malamku selalu membuatku mati?

Aku terbunuh ketika cintaku memintamu kemari
Malam adalah aroma kematian, wangi
Kau tak disini, muara hatimu yang kau cintai
Kau tak memelukku, pemilik hatimu yang kau peluki
Bukan aku, bukan aku yang berharap berarti untuk kau miliki
Baca Selengkapnya - BERHARAP BERARTI

AIR MATA EMAK SEORANG PELACUR


Mak,
Mendekatlah kemari
Kubisiki kau sesuatu
"Mak, besok debut pertamaku melacur,"

Aroma tubuhku  menggoda
Buah dadaku bulat menantang
Pantatku sekal memancing birahi
"Aku pasti pelacur terlaris, Mak"

Emakku buta
Dia tak melihat aku dikangkangi laki-laki tua bangka
Emakku bisu
Dia tak bisa berteriak melarangku sewaktu berjoget telanjang
Emakku tuli
Dia tak mampu mendengarku menangis ketika laki-laki itu diatas tubuhku

Emakku tercinta,
Pangkuanmu saja tempatku  merajuk sepulang melacur
Disana aku memintakan maafku pada pintu sorgamu
Kutahu kau tuli dan buta Mak
Tapi tanganmu merasakan air mataku ditelapak tanganmu
Airmata anakmu yang melacur
Airmata yang tiba-tiba membuatmu bicara dalam gemetar
"Pelacur tidak pernah menangis, kau bukan pelacur anakku!"

Baca Selengkapnya - AIR MATA EMAK SEORANG PELACUR

Kamis, 29 September 2011

KAU HARUS ADA

Sekejap mata pun jangan pernah kau pejam
Tatap aku sejurus terus dari tempatmu mencinta
Rekatkan remas jarimu pada genggaman kita
Jangan pernah kau lepaskan baru satu pejam mata sekalipun

Satu tarikan nafas pun jangan kau hela tanpaku
Hembuskan adaku direlung kalbu hatimu yang penuh puja
Getarkan jantungmu hanya untuk menghidupiku dalam kegenapan
Jangan biarkanku terbawa angin ketika tak ada aku dalam nafasmu

Kau harus ada tanpa jeda
Meski ada sela pun kau harus tetap ada
Adalah untukku,
Karena kau penjaga kedap pintu hatiku untuk yang lain
Tetaplah ada padaku,
Karena ketika kau tak bersamaku
Aku tak pernah lagi ada
Baca Selengkapnya - KAU HARUS ADA

AKU TAK MAU CINTA!

Jangan datangi aku lagi
Datangi saja khalayak
Kamu dimaui mereka
Atau dia, dia belum merasamu

Aku tak mauimu
Tekuk lekukmu sudah kuhafal
Lena rayumu dulu darah dagingku
Singkir sungkur pernah kusesap

Aku taksa
Aku apnea
Aku mati rasa
Aku tak mau cinta!
Baca Selengkapnya - AKU TAK MAU CINTA!

AJARI AKU SELINGKUH

Bajingan,
Bagaimanakah dulu kau
Membisikkan cinta ditelinganya
Menyanjungnya hingga dia selalu bermimpi
Mengajaknya terbuai opium rasa cinta karbitmu
Lalu mengkhianatinya dari belakang saat dia mabuk
Merayu hati lain untuk kau buat mencandu
Mengajaknya berdansa dimalam tanpa kesetiaan
Meletakkan kakimu dimulut kecilnya ketika memanggil-manggil namamu
Lalu mencabik-cabik hatinya yang memerah dengan rentetan dusta mematikan

Ajari aku selingkuh,
Supaya aku bisa menikam hatinya tanpa hatiku
Supaya bisa ku membuatnya mencandu kepalsuan
Supaya aku meludahi mimpi-mimpinya ketika dia merajakanku disana
Ajari aku cara berkhianat,
Supaya aku bisa menyanyi lagu cinta tiap kali dia menangis darah
Supaya kesetiannya bisa kutertawakan dari balik kebodohan dirinya yang naif
Supaya nanti aku mampu membelakangi harap pintanya padaku ketika bosanku menyelinap
Ajari aku jadi bajingan tukang selingkuh yang dilaknat cinta karena khianat
Baca Selengkapnya - AJARI AKU SELINGKUH

TUAN PUTERI

Pagi yang berisik
Dia berkoar sekian tabik
Kau, dia dan mereka saling berbisik
Menyelisik bisik-bisik

Kau menjulang terremas kedigdayaanmu
Kau mengangkasa meludahi angan-angan
Kau lantang berteriak hingga mereka gagu
"Kalian semua kaki, aku tempurung otak kalian,"

Malam makin penuh suara
Dia mengais kais ego di sudut-sudut keakuan
Kau, dia dan mereka hidup tanpa nyawa
Menerka reka pola sang pengaku keluarbiasaan

Kau bukan maharani dari satu tirani lagi, Tuan Puteri
Kau merajakanmu tepat disaat kau menguburkan dirimu sendiri
Kau mati untuk pemakaman tanpa pendoa
Kau pupus seketika tergerus tanpa wangi bunga kamboja 
Baca Selengkapnya - TUAN PUTERI

Rabu, 28 September 2011

TABIK MANTAN SUAMI

Tabik kudengar salammu mantan suamiku
Silahkan masuk kembali
Tundukkan aku yang melupamu
Siarkan hadirmu padaku, bekas belahan hati
Terhunus lagi telingaku dengan jeritanmu

Siapa yang menyakitimu disana?
Teriakkan kencang perihmu padaku
Siapa yang membuatmu menumpahkan airmata?
Tega memecahmu dalam sayatan yang menyakitiku
Tunjukkan wujudmu duhai kau pendera lara!

Aku tersayat sejak kau injak aku dalam pijak kakimu, mantan istriku 
Aku hanya bertabik padamu tiap kumelara mengingat khianat cintamu
Kau saja yang tiap kutegak berjalan, lagi-lagi luluh pada ingatan tentangmu 
Kau saja yang saat kuingin mengkhianatimu bahkan dalam kenangan, tetap ku tak mampu
Tabikku bergema, tabik mantan suami yang tak pernah menceraikanmu!
Baca Selengkapnya - TABIK MANTAN SUAMI

24 TAHUN LAGI

Laki-lakiku,
Kesana kemarilah kau
Jangan tengok dulu diriku
Pergilah menghirup kebanggan
Kumpulkan semua gemilang
Tundukkan dunia yang kau mau

Laki-lakiku,
Kejarlah ini itumu
Jauhi saja diriku
Ambillah semua nama untukmu
Simpan semuanya untukmu
Teriakkan pada semua, kau miliki mereka

Dapatkan semua yang mau kau dapat
Katakan cintamu pada semua perempuan
Rayu dan hujani mereka dengan kelaki-lakianmu
Buat mereka semua mengerang gemas
Tunjukkan kejantanmu pada mereka semua
Mengeraslah disaat semua terpekik dibawahmu

Kau laki-lakiku yang menguning dalam kilatnya masa emasmu
Benderang menyilaukan buatku dari kejauhan sini
Kita berjanji bertemu 24 tahun lagi diujung senja
Menghabiskan hari dengan hangatnya pelukan lekat 
Bercerita tentang kau yang lelah bersenda gurau dengan dunia
Hingga kudapati tanyamu, "Diduniaku sebelah mana kau 24 tahun lalu?"
Baca Selengkapnya - 24 TAHUN LAGI

KELAK KUCERITAKAN

Bahwa disini, dulu...
Aku sendiri
Terlunta
Marah
Dan terluka

Kelak kuceritakan padamu,
Dulu aku disini
Hanya punya asa
Tanpa sesiapa
Nyaris binasa

Kelak kuceritakan padamu tentang keakuanku
Tentang aku tanpamu ketika laluku sendiri
Kelak kuceritakan siapa aku yang kau cinta
Ketika kau memahkotakanku diatas kepala
Ketika kau menjadikan dirimu abdi pada sabda
Ketika kau menjadikanku muara bahagiamu di dunia
Baca Selengkapnya - KELAK KUCERITAKAN

LAKI-LAKI TERMEGAH

Kau angkasa
Luas tanpa ujung
Istanamu dimana-mana, megah
Istri simpananmu jumlahnya beberapa, kau megah

Kau lautan
Biru bendarang nan kemilau
Satu gundik, satu rumah
Satu simpanan, satu nomor rekening

Kau hutan raya
Sejuk rindang membahana
Kelaki-lakianmu menantang wanita, megah nian
Kejantananmu candu tanpa penawar, megahnya kau

Sabda penjuru nalar hanya sampai ujung jari
Kau laki-laki termegah untuk mereka yang kau gagahi
Kau hanya laki-laki termegah dikotak sampah
Termegah untuk kelaki-lakianmu yang sia-sia tanpa otak!
Baca Selengkapnya - LAKI-LAKI TERMEGAH

MELACUR DIATAS TUBUH PELACUR

Pelacur saja sebutanku
Siang tak pernah terlihat
Malam selalu kerlap-kerlip
Pelacur memang panggilanku
Kau lirik sedikit, kemaluanmu menggeliat
Berani kau mendekat, kemaluanmu kalap
Pelacur saja nama pendekku
Kebiasaanku hanya membuat nikmat
Ceritaku tak habis selagi ada setan dan syahwat

Tapi aku tak pernah melacur!
Aku mekangkang
Aku telanjang
Aku tak pakai kutang
Sekalipun aku tak pernah melacur!
Mereka memasukiku dengan paksa
Mereka merayu dan menyiksaku disela doa
Mereka semua yang pelacur tapi menyebutku pelacur
Mereka semua yang melacurkan kemaluan mereka diatas tubuh "pelacur!"
Baca Selengkapnya - MELACUR DIATAS TUBUH PELACUR

Selasa, 27 September 2011

SATU MALAM DI SATU RANJANG


Malam ini sekian lalu kita nanti
Tunai waktu mempertemukan kita
Padan dalam sua karena rindu
Ciuman panjang lekat dalam peluk
Bara rasa begitu membakar
Kita berpeluh keringat
Bersendawa pada nikmatnya senggama

Tak ada tanyanya pada kenapa, bagaimana, siapa dan apa
Tak ada pelukan, usapan, senyuman, tak juga ciuman di kening
Tak seperti harap, impian dan angan-angan pemimpi bodoh
Tak ada pelukan, hanya dengkuran keras
Tak ada tanya, hanya desahan panjang
Tak ada cinta
Tak lain hanya birahi!

Hanya satu malam
Satu lagi dusta cinta tergantung disana
Tak perlu mengisahku pada sesiapun bentukmu
Cukup satu tunduk suci disudut ruang
Bukan ini yang kurajut sekian lalu untuk kita
Tidak seperti itu kudapati dirimu ketika malam menengah
Satu malam di satu ranjang tanpa cinta, hanya dusta 

Baca Selengkapnya - SATU MALAM DI SATU RANJANG

SELA

Salah kusangka kalau ini hanya jeda
Ketika aku penuh dengannya
Dan kau sibuk dengan dia
Ada satu ruang tersisa, menyela

Salah kalau kukira semua sementara
Ketika aku sibuk mengalihkan rasaku padanya
Dan kau mengingkariku sejenak dengannya
Ada satu jeda yang menyela rasa kita

Salah kuhitung langkah dan melupa ruang tersisa
Ketika waktu menghangatkanku dengan cintanya
Dan kau memahkotakannya tepat dikepala
Ada satu satu sela pada ruang rasa yang tersisa

Sekelumit, hanya satu ruang saja
Kuat mengalir lalu menyesaki mata hati dengan kata
Dan tak lagi kita punya kuasa untuk menanya
"Adakah dosa itu ketika kita memaksa sela dan mengkhianati mereka?"
Baca Selengkapnya - SELA

Senin, 26 September 2011

DIBAWAH RINDANGNYA KAMBOJA ORANYE DAN SEKOTAK KAMU

     Disini dulu kukuburkan benda-benda tentangmu yang tak mau kubakar begitu saja ketika kita berpisah dan terpisahkan masa. Dibawah pohon flamboyan berbunga oranye ini dulu kubawa sekotak penuh semua barang-barang yang berisi kamu. Aku masih mengingat dengan baik, bagaimana aku berlari ke taman dibelakang komplek rumahku dalam derai airmata tanpa bisa kubendung dengan membawa sekotak kamu ditanganku. Sore itu aku tak ingin lagi ada dikamarku, aku ingin berlari mengejarmu. Tapi itu tak mungkin! Aku ingin mencarimu diantara angin sore diluaran yang mungkin bisa membawakanmu padaku saat itu. Begitu saja aku berlari meninggalkan kamar tanpa alas kaki. Berlari sekencang-kencangnya tak tahu harus kemana menuju. Hingga aku tersengal-sengal dalam derasnya airmata dan nafas yang menderu. Aku tergugu pilu dibawah megahnya kaki flamboyan oranye ini. Kupeluk sekotak kamu dalam tundukku yang hiruk pikuk dalam raungan tanpa jeda. Kupanggil-panggil kamu, lagi dan lagi. Aku tak berarti ketika aku sampai pada titik yang sedari dulu kutakuti menghampiriku. Luluh lantak aku pada teriak kehilangan akan dirimu yang selama ini begitu membabi buta memenuhiku dengan segenap cinta dan kasihmu yang hangat.
    "Aku mau kau ada disini, jangan tinggalkan aku, jangan....."
    Sepanjang sore itu, kuhabiskan piluku dalam raungan panjang seakan tak pernah kutahu, apakah mampu aku menghabiskan sisa sedihku saat itu. Kupeluk dekap erat kau di dadaku. Kau masih selalu membuat detak jantungku begitu cepat berdegup, bahkan sejak kutahu kau memutuskan untuk meninggalkanku dua minggu  sebelum kepergianmu. Kepergianmu pernah kita bicarakan waktu itu dalam banyak peluk dan berpuluh pintaku. Kutahu matamu begitu tercabik-cabik setiap aku meraung dalam pelukanmu. Kutahu kau pun tergetar nyaris gentar ketika pelukanmu begitu lumat ditubuhku. Waktu itu pun kutahu kalau aku dan kamu terlalu berani meminta  cinta datang sementara dihati. Mestinya sedari awal kita tak memperbolehkan ada cinta merasuk diantara kita. Aku tahu rasa itu yang kelak akan jadi bumerang dan hanya tinggal menunggu saatnya untuk pecah. Aku tak pernah ingin mengenalmu dengan rasa cinta. Aku selalu berusaha senantiasa ada disampingmu dengan dinding tipis itu, menjauhkan cintaku darimu. Yang kutahu pun kau demikian. Kita hanya bertemu dan dipertemukan di satu waktu yang di skenario manusia dan diperuntukkan untuk manusia meski kita melupa bahwa manusia jauh lebih mempunyai hati dan perasaan ketimbang (maaf) binatang.
    Awalnya kau dan aku begitu bersahaja menjaga dinding tipis itu tanpa memperkenankan satu sama lain untuk mengikisnya. Kau datang dan pergi menemuiku dirumah "kita" selayaknya suami dan aku istri, seperti kesepakatan awal kita. Aku menjadi istrimu untuk 3 tahun berikutnya sejak masa dinasmu sementara di kotaku mempertemukan kita dalam drama metropolis. Kau pun menjadikanku istri untuk 3 tahun berikutnya dengan begitu manusiawi. Kau sama sekali berbeda dengan laki-laki lain yang menjadi "suami-suami" temanku. Kau tidak pernah menyentuhku selama 6 bulan pertama "pernikahan" kita. Meski seatap kita dalam satu bangunan, selama 6 bulan pertama itu kau memperlakukanku seperti teman yang baru kau temui. Setelah lepas penatmu sepulang kerja, kau selalu mengajakku berbincang tentang apa saja yang ringan sambil sesekali kau lepaskan canda-candamu. Kau menyebut fase itu adalah masa-masa pacaran kita. Tiap akhir minggu, kau selalu tak mau lembur karena itu waktumu dan waktuku untuk menghabiskan hari mengujungi ujung-ujung kota, berdua saja. Sejak aku mulai merindukanmu, kau pun mulai merasakan cintamu juga tumbuh untukku. Sejak itulah kita benar-benar "menikah" dan berkumpul disatu kamar dalam satu ranjang. Kau selalu memelukku erat-erat tiap malam, tak pernah sekalipun kau membiarkanku tidur tanpa pelukanmu. Kau mulai pintar memanjakanku dengan semua kasih sayangmu. Dari mulai membangunkanku tiap pagi dengan secangkir kopi pahit kesukaanku,  sampai sembarang jajanan yang kau bawa tiap pulang kerja. Kita lebih sering menghabiskan malam didepan telivisi sambil bercerita dan bercanda kesana kemari. Dan kita selalu sangat merindukan malam-malam kita diatas ranjang yang tak selalu penuh adegan ranjang.
    Kau sangat menyukai ketika aku mulai bercerita tentang apa saja yang mau kau dengar selama aku jujur menceritakannya padamu tanpa ditambah dan dikurangi. Sejak itulah aku menceritakan semuaku padamu. Tak jarang aku tergetar dalam tangis penuh nelangsa dipelukanmu yang hangat ketika ceritaku lagi-lagi tentang aku yang kotor dan terpaksa melacur untuk sampai bisa ada dihadapanmu saat itu. Kau memelukku begitu hebat ketika tangisku makin menguat.
    "Aku tak pernah bisa melacur di depanmu meski aku telanjang tanpa sehelai benang sekali pun,"
Aku melacur sejak ibu mendapati suaminya mekangkang diatasku ketika aku masih 15 tahun. Dengan penuh amarah dimatanya yang memerah, ibu membawaku ke seorang perempuan yang tak pernah kukenal sebelumnya. Aku tak pernah tahu apa pembicaraan mereka, namun yang pasti terjadi setelah pembicaraan antar ibuku dan perempuan tadi, aku tak lagi tinggal bersama ibu dan bapakku. Aku tinggal dirumah besar yang siang selalu sepi nyaris mati tanpa geliat kehidupan sama sekali. Namun malam  dirumah besar itu terlalu berisik mengusik semua tanyaku yang akhirnya terbiasa oleh kondisi yang melacurkan aku sejak hari pertama aku datang ke rumah besar itu. Aku melacur ketika aku 15 tahun hingga 8 tahun berikutnya saat aku bertemu denganmu. Dan denganmu aku tak pernah melacur karena kau tidak pernah memperlakukanku seperti seorang pelacur bahkan sejak pertama kali kita bertemu dirumah besar itu.
    Rasa itu datang menyelinap diantara kita begitu saja. Kita tidak pernah menyadarinya hingga satu pelukan makin erat dan teramat erat untuk dipisahkan lagi. Satu malam makin hangat ketika satu tangis terhapus dengan kasih sayangmu yang tak pernah berkurang kurasa tiap hari bertambah sedikit untuk kita. Kita tak pernah menyadari cinta itu datang tiba-tiba dan seketika menghenyakkan sewaktu pisah sudah di depan mata. Kau meninggalkanku karena memang bukan disini tempatmu. Kau punya kehidupan lain dikotamu sendiri. Kehidupan seorang laki-laki yang normal adanya, dengan rumah indah, anak dan istri yang selalu membuat gairahmu bersinar. Kau disini untuk 3 tahun yang hanya sementara. Sebulan sebelum kontrak kerjamu dikotaku usai, tak henti-hentinya kau hujani aku dengan segala apa yang semakin membuatku bahagia dan bangga menjadi "istrimu." Kau mengajakku ke semua tempat-tempat yang pernah kita datangi sewaktu 6 bulan pertama kita dalam masa pacaran. Hingga ketika kita benar-benar diujung waktu, kau berikan kehidupan baru untukku yang sama sekali tidak pernah terlintas dalam sedetik pun pejam mataku saat aku jadi penghuni rumah besar itu. Kau tinggalkan aku sebagai aku yang bukan pelacur dari rumah besar. Kau mau aku tidak lagi kembali kerumah besar itu. Kau ingin aku tetap jadi "istri" yang membahagiakan dan membanggakan suaminya. Kau tinggalkan aku dengan sekotak masa depan yang kau berikan padaku , sekotak kamu yang kupendam dibawah rindangnya kamboja oranye ditaman belakang komplek rumah kita.
    Sejak kau meninggalkanku, hatiku tak pernah genap memberanikan diri untuk membuka sekotak kamu yang akhirnya kutanam begitu saja dibawah rindangnya kamboja oranye. Sejak aku mengejarmu dan tak pernah terkejar, aku tak pernah mendapatimu lagi dalam hidupku. Aku mencarimu kesana kemari tapi aku tak pernah menemuimu, bahkan meski itu hanya sekedar khabar burung tentangmu. Aku patah tanpa gemeretaknya tulang-tulang sendiku. Aku gontai tak berarti bahkan ditempat yang terindah yang kau berikan padaku, rumah kita. Sejak melepasmu tanpa bekas hari itu, aku hancur tanpa sesiapa pun. Aku mati oleh percaya. Aku terkubur dalam penantian. Aku menunggumu yang tak kunjung datang hingga 4 tahun berikutnya, saat aku kembali bersimpuh dibawah rindangnya kamboja oranye tempatku menyimpan sekotak kamu dibawah sana. Aku luluh lagi untuk kesekian kali dalam wujudku yang kotor tidak karuan penuh sisa-sia birahi banyak laki-laki. Aku melacur lagi ketika kau telah mengangkatku dari lubang terkotor dalam hidupku sebagai seorang perempuan. Dan tiap aku melacur lagi, lagi dan untuk kesekian kalinya aku melacur lagi, aku selalu datang dibawah rindangnya kamboja oranye ini.
     "Pulanglah mas, jenguklah aku sekali lagi. Bawa aku jauh dari sini. Hanya kau yang bisa membuatku jadi perempuan yang berarti. Hanya adamu yang menyelamatkan harga diriku mas. Pulanglah! Bunuh aku kalau kau hanya meninggalkanku dalam keadaan yang sama, bunuh aku mas!"
      Selalu seperti itu, berulang kali selalu seperti itu. Aku pernah benar-benar memenuhi maumu untuk tidak lagi melacur. Aku mematuhi apa yang pernah kau pesankan padaku setiap malam saat kita selalu berpelukan dimalam-malam yang begitu menyenangkan. Aku pun tak pernah ingin melacur lagi. Aku tidak ingin melacur lagi! Itu yang pernah kau minta kuteriakkan ditelingamu keras-keras ketika malam membawa kita dibibir pantai yang gemuruh dengan perasaan kita masing-masing. Aku tidak pernah mengingkari janji kita. Sampai ketika mata orang-orang disekitar rumah kita begitu menghakimi aku. Sampai satu waktu semua mulut mencibirku dengan sebutan lamaku sebagai pelacur yang kehilangan laki-lakinya. Tiap waktu, tiap aku menampakkan diri diluar rumah, selalu hujatan mereka yang kudapati. Mereka mencercaku yang menyelidik mencarimu yang tak pernah terlihat lagi. Mereka melempari rumah kita dengan kondom bekas yang begitu bau hingga aku terpaksa membersihkan sisanya dengan airmata. Aku masih istrimu mas, bahkan ketika satu malam membawaku menangis dalam air mata penuh darah ketika seorang suami dari warga yang selalu mencaciku sebagai pelacur datang tanpa kutahu dan tiba-tiba meminta hak kelaki-lakiannya untuk dipuaskan olehku, yang seorang pelacur. Aku masih istrimu mas, bahkan ketika malam-malam berikutnya tak pernah ada lagi yang datang sungkan-sungkan sekedar untuk menggagahiku yang hanya seorang pelacur. Aku menjerit sekencang-kencangnya tanpa suara diantara desah birahi mereka diatas tubuhku. Aku meronta memanggilmu pun ketika mereka menumpahkan kotoran mereka diatas tubuhku, tubuh istrimu yang kau cintai.
    "Mas, kembalilah persis pada 4 tahun yang lalu saat kau meninggalkanku. Kembalilah. Hujamkan pisau ini dijantungku dan kuburkan aku dibawah rindangnya kamboja oranye tempatku menyimpanmu dalal sekotak kamu. Biarkan aku mati disini karenamu mas. Perkenankan aku mati tepat ketika 4 tahun yang lalu ketika kau meninggalkanku karena aku tak pernah mau lagi melacur!" 



Baca Selengkapnya - DIBAWAH RINDANGNYA KAMBOJA ORANYE DAN SEKOTAK KAMU

SEPERTINYA

Sepertinya,
Aku akan meninggalkannya
Akan menguburnya tanpa nisan
Lalu menyerapahinya tiap purnama

Sepertinya, 
Niatku sudah makin bulat untuk menjauhinya
Mendorongnya masuk jurang dari tingginya ujung tebing
Kemudian membuang hatinya yang pernah menempel dijantungku

Sepertinya memang hanya seperti itu saja,
Hanya serapah ketika aku dipaksa keluar bersama muntahannya
Sekedar mengumpat waktu khianat demi khianatnya jelas di depan mata
Kenapa hanya sepertinya saja, kenapa tidak seharusnya?
Baca Selengkapnya - SEPERTINYA

Minggu, 25 September 2011

TAKSA

Ada kala kau tidak ada
Ketika aku ingin ada dalam pelukanmu
Saat aku tergugu derunya tangis
Waktu aku menggigil takut di magisnya malam

Kerap kau tidak ada
Kala aku tak ingin hilang ditelan riuhnya bebunyian
Ketika aku terperosok dalamnya sepi pilu tanpamu
Sewaktu aku ingin dilindungi dari semua mau mereka

Aku mau kau ada ketika kumau kau ada
Aku mau kau memelukku saat aku menggigil sendirian
Aku mau kau membasuh lusuhku saat aku merasa tak berarti
Aku mau kau tetap disini tak lagi datang dan pegi, ada dan tiada

Kau mustahil

Ada hanya ketika kau mau ada
Ada saat yang lain tak terlihat

Ada ketika aku menganggapmu tak ada
Kau taksa, tak mampu membuatku nyata
Baca Selengkapnya - TAKSA

SUPERGIRL

Ruang menjauh
Tak mau menampung
Hiruk pikuk dengan mau
Nyataku geming
Tak pantas didalam
"Aku supergirl!"

Kabar pudar
Lupa menyenangkan
Gemerisik berisik ini itu
Adaku taksa
Tak pernah pantas
"Aku supergirl!"

Akad lindap
Seperti lendir kelemayar
Mengikat pikat sesaat
Hatiku suri
Tak selayaknya meminta
"Aku supergirl!"

Hanya muntahan sepanjang musim harap
Menggelongsor ketika semi makin memuncak
Patik ditengah kudusnya belantara kelahiran
Aku supergirl!
Kujungkirbalikkan dunia maumu dalam satu musim
Kugantung tinggi lamamu menunggu suka pada nirwana
Kumahkotakan rasa tepat ditelapak kaku untuk semua cinta
Aku menghebat setepat pupusnya serapahmu, aku supergirl!

Baca Selengkapnya - SUPERGIRL

USAI

Kau disini sayang,
Dibawah telapak kakiku
Kuinjak-injak tanpa degup jantung
Remah lemah kubunuh pada perut bumi

Kau disini cinta,
Jauh dibelakang akal warasku
Luluh lantak tak lagi kuteriaki   
Terbawa angin puting beliung tanpa pusara

Aku tak mau mengenal
Tak pernah merindu
Tak juga ingin mencintai
Dirimu yang tidak pernah punya apa-apa untuk hatiku!

Aku tak mau mengingat
Tak mengharap
Taku juga mau sekarat
Hanya karena dirimu yang lamat menyelinap membawa kiamat untukku!
Baca Selengkapnya - USAI

PINTU

Aku mencintaimu teramat sangat
Selalu penuh cinta menggebu-gebu
Tiap disini aku mencintaimu tumpah ruah
"Aku juga mencintaimu, sebatas sampai dipintu itu saja,"


Aku menginginkanmu begitu penuh mau
Selalu ingin melenakanmu pada luasnya pelukanku
Tetap memujamu pada berpuluh-puluh kata cinta
"Selagi kau masih didalam pintu itu, aku juga memujamu,"

Setelah kakimu diluar pintu itu, 

Kau tak pernah punya cinta dan rindu untukku
Kau tak pernah bisa menghangatiku dalam pelukan
Kau bukan kau yang didalam pintu lagi


Setelah kakiku meninggalkan pintu itu,
Aku melupakan semua rindu dan cintamu padaku
Aku mencarimu pada mereka tiap kau tak ada ketika kumaui
Aku pun bukan aku yang didalam pintu itu






 
Baca Selengkapnya - PINTU

AKU, KAU LALU DIA

Aku:
Tak punya mata
Hanya bisa mencinta
Menyeru hanya pada setia

Kau:
Bermata dan bertelinga
Tak mengenal cinta
Sangat memuja masa

Dia:
Punyai matanya
Mengharap semaraknya rasa
Lupa lalu pura-pura lupa

Aku, kau dan dia
Menikam masa dengan gemeretaknya hati
Abdi bodoh untuk geliatnya praduga diri
Aku, kau dan dia, hanya secuping puitisnya lirik lagu-lagu tentang mati suri
Baca Selengkapnya - AKU, KAU LALU DIA

Sabtu, 24 September 2011

LEPAS

Lemas lunglaiku tanpa nyawa
Kau tak lagi disana menanya mana
Jejakmu meretas rantas tanpa bekas
Tanpa sisa sengat hangat terkibas kandas

Sepenggal benci untukmu kubiarkan terbawa kemarau
Kulepas ikhlas kau mengering dan mati pada galau
Waktu datang dan pergi mengantar dan membawamu berlalu
Kita hanya senantiasa setia pada kata hati, semu?

Lepaslah sisa rasa
Tak lagi perlu ada gundah jika mengingatnya pun terlupa nama
Buang jauh semua sisanya, jangan lagi ada bekas disana
Sejenak mengendap, sebentar kedap lalu biarkan jeda yang melepas
Baca Selengkapnya - LEPAS

RANTAS

Kularang sudah airmataku menetes
Sejauh-jauhnya rindu takkan lagi kugapai
Tunggu runut waktu pun biar saja terhapus
Meratapi alpamu tak akan lagi jadi ritualku

Datanglah jika kau berkenan datang
Pergilah sewaktu kau berniat pergi
Aku tak akan pernah lagi memintamu kembali
Aku tak mau lagi bermimpi merajakanmu untuk esokku

Kita bertemu dibelakang lulunya masa
Beriring berjalan bersama sepanjang sementaranya cinta
Terkejut pada terang benderangnya persimpangan
Kau kesana dan aku kesini, terlepas dan rantas begitu saja
Baca Selengkapnya - RANTAS

RUANG RINDU

Sepagi ini kuingat lagi dirimu
Putaran waktu membawamu padaku
Disini, satu ruang selalu ada untukmu dan untukku
Seperti semilir nelangsaku yang merinduimu
Biarlah sesekali disini kau hadir memagutku
Mungkin juga disana kau mencariku pada sekat hatimu
Remah-remah rasa itu masih sesekali merayu
Datang setelah serapah penuh amarah meski kerap bisu
Kalau kau menungguku juga disana, tetaplah merindu
Akan kutemui kau disana seperti pagi ini kala aku mengingatmu
Disatu ruang milikku dan milikmu
Mungkin kita hanya saling mencuri pandang malu-malu
Atau mungkin kita masih berani mengucap cinta pada kisah kita yang biru
Ruang ini ruang kita saling melepas ragu pada rindu
Tetap sesekali menghadirkanmu seperti waktu dulu saat cintaku belum berlalu
Biarkan terendap begitu saja disana tidak untuk kembali untuk judul baru
Kau dan aku masih terikat pada sisa-sisa rindu
Tanpa perlu yang lain menahu
Diruang ini kau boleh menungguku hingga hilang galaumu
Ruang rindu ini juga tempatku mengadukan rinduku padamu
Kau yang disana dengannya ataulah aku yang disini tanpa kau
Pejamkan mata kita untuk memanggil kita disini, di ruang rinduku dan rindumu
Baca Selengkapnya - RUANG RINDU

GANTI KULIT

Kubilang,
Aku suka matamu yang tersenyum
Sudut bibirmu tipis ranum terkulum
Sekali kata seperti mantra ahli nujum

Kucoba lagi mengulang,
Aku ingat tiap, datangmu ritmis bak pendulum
Sudah seketika itu kusuka tubuhmu yang harum 
Sekali lagi kurasakan cintamu tegar, tak juga alum 

Lalu kudapati,
Kau bukan manusia
Tak punya indera rasa
Tak merasai nelangsa

Lantas kau penuhi raguku dengan bukti,
Kau memang bukan manusia
Tengah musim berganti kulit, tak lagi punya cinta
Terbuka topengmu, kau hanya binatang pongah, secepatnya harus binasa!
Baca Selengkapnya - GANTI KULIT

Jumat, 23 September 2011

AKU BINATANG!

Kamu baru 15 tahun
Tak mungkin kudapati belati dimatamu
Tak mungkin lidahmu penuh bisa
Tak mungkin ditubuhmu terukir kata-kata kotor
Tak mungkin!
Tak seharusnya matamu sebinal itu tiap ketemu laki-laki
Tak seharusnya bergelas-gelas arak kau tenggak dalam semalam
Tak seharusnya pakaianmu tipis ketat minim tanpa layaknya bahan
Kamu masih 15 tahun!

Jangan hitung umurku!
Aku tak pernah punya mata, aku mati
Aku tak pernah sempat belajar berdoa
Aku kotor sejak bapakku mengotoriku
Aku binatang!
Aku harus binal, laki-laki hanya mau sundal
Aku harus mabok, aku jijik dengan tubuhku
Aku harus telanjang, aku gerah ditempeli dosa
Aku binatang!
 
Baca Selengkapnya - AKU BINATANG!

MOKSA

Bulir lelah peluhku telah lama mengucur
Derasnya tak pernah kuingat, biar makin pekat
Kerap kuterjerembab pada rintih kubangan tangis
Entahlah mengapa kutetap menguat liat makin berakar
Satir pernah kerap membuatku lindap berharap
Cerca caci penuh benci pun sempat membenamku saat bernafas
Biarku meradang menjadi karang cadas pada gugusan derasnya ombak
Pada nirwana kuselipkan sedikit doa lelah untuk akhiri nelangsa
Tetap aku terpilih olehmu untuk kau cabik di tiap perihnya larik
Sujud aku tersungkur penuh luka memerah, tumpah ruah dalam kalah
Aku hanya satu pendar cahaya untuk malam tanpa sesiapa
Lelah membuatku henyak untuk tak lagi menelan cinta dan duka
Sampai sudah aku disini,
Pada moksaku pada kepercayaan akan kau, kamu, kalian dan mereka
Aku hanyalah aku, tak ada siapa pun lekat menemaniku pada temaram
Baca Selengkapnya - MOKSA

LULUH

Kini kumau tak peduli pada cinta
Walau itu dari lalu yang penuh dengan rasa

Aku tenteram dalam cangkangku
Bercumbu tanpa jenuh dengan keakuanku

Ketuk kau ketuk aku dari luar sana
Tawa dan gurauku kupagut masih untukku saja

Kututup selaput telinga, aku mau bisu
Setangkup cintamu tak cukup untukku kalau nanti kau pun berlalu

Aku mendengarmu meraung nelangsa
Hatimu yang lara memintaku sekali lagi jatuh cinta

Aku tak lagi punya harap untuk kemarau
Mengering sudah semua kasihku tanpa bau tubuhmu

Pecah senyapku kala kau pulas kedinginanku denganmu yang ada
Luluh lagi lantak pada cinta yang  memintaku mencinta
Baca Selengkapnya - LULUH

7 TAHUN 34 HARI

     Kulepaskan jaket lusuhmu perlahan sambil kutatap luruh dua bola matamu. Tak sabar rasanya beruntun menanyaimu dengan semua resah yang ada memenuhi isi kepalaku sedari aku mendapatimu masuk pelataran halaman dengan motormu. Kusandarkan jaketmu dikursi begitu saja seakan tak mau melepas pandang mataku dari sosokmu. Rasanya belakangan hari ini semakin tua kudapati tubuhmu menahan masa yang datang menghampirimu. Kau duduk begitu saja dengan mulut yang masih terkunci rapat dan lamunan dimatamu yang belum bergeser. Aku berlari secepat halilintar ke dalam untuk mengambilkanmu air putih. Secepat itu pula aku mendekat padamu dengan segelas air putih. Kuusap pelan punggung tanganmu dan memintamu menatap mataku. Sejenak matamu menatap mataku, lalu beringsut kudekatkan tanganmu pada segelas air putih yang ada ditanganku. Pelan kau menyadari perintah dan tanya berkecamuk yang ada dimataku. Kau memilih untuk mengambil segelas air putih ini dari tanganku lalu meminumnya seteguk dan menyerahkannya lagi padaku. Kuletakkan gelas itu begitu saja dimeja dekat kami yang saling berkecamuk dengan pikiran kami masing-masing. Kau menarikku mendekat padamu untuk duduk disampingmu. Dan begitu saja kau membenamkan dirimu dalam pelukanku. Seperti itu selalu kau tiap banyak sekali isi dalam kepalamu tak bisa kau lepas seperti pegas, bahkan kepadaku. Kuusap lembut kepalamu. Hatiku menangis tiap kali mendapatimu seperti ini. Lunglai ragaku. Tak mampu lagi aku menatap matanya yang masih kosong menatap entah apa dikejauhan sana. Dan akhirnya kami sama dalam satu keadaan yang hening dalam tarik nafas kerap desah panjang kelelahan. 
     "Bagaimana aku bisa memahkotakanmu diatas kepalaku, kalau tiap kali aku masuk halaman istana kecil kita masih kudengar serapah banyak mata dalam lidah-lidah api bercabang dua diluaran sana? Aku raja yang kau sanjung tiap aku memasuki istana kita, tapi kenapa aku tidak pernah bisa menyanjungmu diluar pagar istana kita? Aku ingin meletakkanmu dikepalaku!"
    Kita selalau nelangsa tiap mata kita bertemu diawal langkahmu memasuki halaman rumah kita. Aku tak pernah lepas cekat setiap kau datang kembali dari pintu itu. Dan aku belum pernah melewatkanmu begitu saja ketika kau memasukinya bahkan setelah 7 tahun 34 hari "pernikahan" kita. Tiap pagi aku melepasmu dalam doa dan bisik mesra ditelingamu sambil mengusap punggungmu yang begitu lekat menempel pada pelukanku. Sering kudapati kau yang gentar untuk keluar rumah dengan sebait keluh kesah kala kau hendak menghabiskan sarapan pagimu. Tak jarang juga kulihat matamu yang merajuk melas padaku untuk sekedar ijinkan memperbolehkanmu tetap dirumah sehari itu saja. Tapi kau memang laki-lakiku, laki-laki tangguh yang kucintai sejak dari awal kita bertemu. Laki-laki yang mencintaiku dengan segenap rasa bahagia dan kebanggaan. Semua bisa kuputuskan tepat disaat kau sudah harus bekerja dipagi hari. Kurapatkan kancing jaketmu dan kucium punggung tanganmu kemudian kau balas dengan ciumanmu dikeningku. Dalam senyum kulepas kau setiap pagi meninggalkan halaman rumah kita dengan aku yang selalu menunggumu. Tiap pagi juga, setelah punggungmu menjauh dariku, aku berjongkok sejenak menempelkan tanganku pada bekas kakimu yang terakhir memijak halaman rumah kita. Kututup kelopak mataku perlahan, menempelkan tanganku dibekas jejak kakimu, lalu membawa telapak tanganku ke dalam dadaku dan meletakkannya di jantung hatiku sejenak dalam doa lirih yang tak pernah berubah kuucap sejak 7 tahun 34 hari yang lalu, 
    "Terimakasih telah mencintai dan menjagaku lagi dalam bahagia yang kau berikan semalaman tadi. Pergilah rajaku, aku akan selalu menunggumu lagi disini, untuk menggenapimu lagi dengan bahagiaku untuk hatimu,"
     Sore selalu menjadi waktu yang sejenak hilang dari kami. Selalu ada jeda untuk hening, lamunan, nelangsa dan airmata. Seperti sore ini yang tidak berubah banyak dari sore-sore yang sudah selama 7 tahun 34 hari ini kami lalui. Tapi setelah jeda itu lewat, aku yang memelukmu dalam peluk erat tanpa kata-kata selalu tiba-tiba jatuh ke dalam pelukanmu dalam hangatnya air mata kami yang bertemu. Berganti kau usap-usap lembut punggungku dengan ciumanmu yang menghangatkan wajahku. Selalu sore yang panjang dengan pelukan, tangis dan kemudian senyum bahagia. Bahagia karena aku masih memilikimu dan kau masih memilikiku hingga hari ini. 
   Setelah semua jeda setiap senja, kita selalu tersenyum ketika mengingat janji yang kami buat ketika kami dipertemukan lagi dalam cinta yang pernah kami pungkiri dan memilih berpisah karena adat yang tidak berani kami tentang. Hingga 7 tahun 34 hari yang lalu kami bertemu lagi pada satu malam yang penuh dengan rindu yang biru. Rindu kala malam-malam aku disini dan entah kau dimana yang membuat kita mengingat satu sama lain dalam desah lirihnya pinta pada Sang Kuasa untuk memohon sekali lagi diperkenankan bertemu dan bersatu. Perih kala masing-masing sendiri terpisah jauh, aku disana dan entah kau dimana, ketika semua yang ada didekat kami tak pernah lengkap menggenapi dan menguatkan kami untuk masing-masing sendiri. Dan saat pinta kami kabul dalam ketulusan cinta kami, kami lantang menelan pil pahit aturan hidup dalam adat yang memasung kami. Aku dan kamu, tak pernah lagi mau berpisah. Tak pernah lagi ingin memaksa cinta mati dalam masa-masa yang begitu pernah menyiksa kami. Dan, tepat pada 7 tahun 34 hari yang lalu kau menikahiku dengan caramu. Hanya dengan dua tatap matamu kau ikat aku untuk hidupmu hingga mati. Dan hanya dengan pelukanku aku bersumpah tidak akan pernah lagi meninggalkanmu hingga maut mencabutku dari dekatmu. 
    Kami tinggal disini, rumah kecil kami yang rindang penuh pohon-pohon besar dan beberapa anggrek  kesukaanku dihalaman. Tiap pagi kusiapkan sarapan untuknya diteras belakang, hanya nasi goreng dan secangkir kopi di meja dengan aku dan dia dalam obrolan dan canda ringan. Lalu melepasmu berangkat bekerja dengan beberapa pekerjaan rumah yang menungguku hingga sore aku menantimu pulang kerja diteras depan. Jeda. Lalu hidup lagi malam dengan kami yang selalu tak pernah lepas berpelukan hingga pagi kembali. Jeda itu sudah biasa buat kami. Sudah terlalu biasa juga untuk kami habiskan dengan air mata. Bukan hujatan orang yang mencibir pernikahan kami. Bukan juga mata penuh selidik kebanyakan khalayak yang begitu ingin tahu kehidupan di dalam rumah kami. Bukan. Kami begitu menikmati jeda itu karena disanalah tiap saat itu juga aku semakin mencintaimu, begitu pula dengannya. Kami hanya berdua disini. Kau menjagaku begitu lekat seakan tak pernah ingin lagi menyakitiku dengan gunjingan orang diluar sana. Dan aku juga merasa sangat perlu untuk menjauhkannya dari berat pikiran yang membenamkannya pada rentanya usia dimasa-masa tersulit kami belakangan hari terakhir.
    Perlu banyak energi untuk tetap mempercayai cinta kami bahkan setelah satu dasa warsa kami saling mengenal dalam cinta yang teramat sangat. Terputuskan kami dari hangatnya nadi dan darah sekandung yang mencipta adanya kami di dunia. Kau selalu memelas tiap matamu mendapatiku terdorong beberapa langkah ke belakang ketika nadi dan darah kami menyayat dalam teriak untuk memisahkan kami lagi. Tak sadar aku terpental ke belakang dalam lemah gontai yang kulupa tanpa mengingat janji kami untuk bersama lagi ketika itu. Kulihat matamu tersayat dan aku lemas. Tapi kau tetaplah laki-lakiku yang selalu ada di depanku setiap bimbang, lelah dan sakitku. Sigap kau rengkuh aku dalam pelukmu. Kau tutup telingaku dengan ciumanmu. Kau halang pandang mataku dengan tubuhmu yang kokoh merengkuhku hingga tak sedikit pun celah kau biarkan aku untuk mengintip perlakuan keji mereka yang ingin membunuh mati kau untukku. Kau bisikkan selalu kalimat-kalimat itu disela ciuman dan pelukanmu yang makin menghebat. 
    "Kita selalu disini. Kau dalam pelukku, aku memelukmu. Lihatlah didepan sana, jangan lagi kau pandang yang dibelakang dan disamping kita, lihat saja yang lurus disana denganku. Selalu denganku,"
    Apalah aku tanpamu laki-lakiku...Aku hanya perempuan yang mencintaimu karena kau begitu mencintaiku. Mungkinkah kita adalah dosa penuh noda hingga cinta kita saja tak cukup membuat mereka merelakan kita bahagia? Aku pun menikahkan hatiku padamu dengan caraku mencintaimu. Aku tidak pernah menginginkan pesta semarak semalam suntuk seperti pesta pernikahan teman-teman perempuanku yang lain, tidak. Aku selalu berpesta dalam semarak peluk dan adamu tiap saat ketika aku dan kamu saling mencintai. Aku tak pernah mengingingkan selembar buku nikah itu bahkan ketika semua orang memintaku menunjukkannya pada mereka ketika banyak tanya dikepala mereka bagaimana kau menikahi dan menjadikanku istrimu. Aku tak menikahkan hatiku padamu hanya untuk selembar buku nikah itu, tidak. Kasihku padamu lebih tebal dari selembar buku nikah itu, jauh lebih tebal dari hanya sekedar selembar buku nikah. Aku menikahkan hatiku padamu tak lain hanya karena aku selalu ingin lekat dan dekat denganmu hingga akhir hayat dan kiamat merenggut kita. Aku akan selalu disini denganmu, meski berpuluh kali lagi aku terpapar cecar maki mereka yang menuntutku darimu. Biarlah kita menua dan renta bersama dalam juang kita untuk cinta kita yang masih juga belum mereka terima. Biarlah aku menguatkanmu saat kau beberapa langkah mundur ke belakang seperti yang selalu kau lakukan ketika aku pernah beberapa langkah mundur kebelakang karena perlakuan mereka. Biarlah kita saling menguatkan untuk tetap dalam satu pijak janji cinta yang tak pernah mereka syahkan tapi begitu kultus dalam benak hati kita. Bahkan untuk 7 tahun 34 hari ke depan, aku dan kamu tetaplah aku dan kamu yang sekarang, yang mencinta karena cinta tak perlu batas pemisah. Biarlah dua kali dari 7 tahun 34 hari ke depan setelahnya pun kau tetap mencintaiku seperti aku mencintaimu, tanpa jeda yang tidak kita lewati dalam peluk yang saling menguatkan. Aku mencintaimu rajaku,  mencintaimu untuk tiga hingga empat dan lima kali lagi dari 7 tahun 34 hari ke depan, selamanya aku mencintaimu laki-lakiku.
Baca Selengkapnya - 7 TAHUN 34 HARI

Kamis, 22 September 2011

BIASA

Mereka berrongga
Datang bawa dusta suka
Celah terisi kata rasa
Padat kedap juta cinta
Bunuh waktu tanpa pelana
Tumpah ruah candu biasa
Lantak tercecer pijar cahaya
Tanya lelah akan masa
Kenapa kabar tiada
Dan raga binasa?
Alam menarik kala
Cinta bukan apa-apa
Tersemat langka
Lamanya jeda
Maklumi saja
Ada tiada
Cinta bersabung dusta
Terlalu biasa
Tak berasa
Baca Selengkapnya - BIASA

AKU MAU

Kau mau lumat habis bibirku
Sampai berjam-jam kau mencumbunya
Ciumanmu membuatku tersengal-sengal
"Pingsan pun kau karena ciumanku sayang,"

Kau jilat liat batang leherku
Hingga merah memerah bekas cupangmu disana
Sesapan lidahmu memaksaku terengah-engah
"Sesak nafas pun kau karena birahiku sayang,"


Kau ingin menyesap habis tubuhku
Sekujur tubuhku akan kau buat meregang gelinjang
Hangat nafasmu membaui sendi-sendi mauku sampai aku mendesis
"Teriak keras pun kau tak akan kulepas sayang,"

Oooohhhh...aku ingin kau buat pingsan
Aku mau tak bernafas karenamu
Teriak mauku pun keras kuhantarkan ditelingamu
Aku maui percintaan ini sayang, aku mau segera!
Baca Selengkapnya - AKU MAU

Rabu, 21 September 2011

JANGAN PULANG

Habis lagi waktu kita sayang
Waktumu untuk pulang
Meninggalkanku ketika petang
Tak lagi genap tanpa kau, hilang 
Kenapa harus pulang?

Tidakkah ingin kau peluk aku yang telanjang
Menemaniku dengan kisahmu dalam dendang
Rapat kau lelapkanku hingga pagi datang
Lalu mencium kelopak mataku ketika embun membuatku menggelinjang
Kenapa harus pulang?

Jangan pulang sayang,
Aku kerap lelap kemarin lalu begitu saja mendapati yang lalu hilang
Aku tak ingin semalaman penuh tanya dalam bimbang
Aku lelah terjaga dalam pejam mata penuh ratapan kala esok aku terbuang
"Aku tak mau kau pulang, jangan pulang sayang...,"
Baca Selengkapnya - JANGAN PULANG

SENJA

Aku menunggumu
Pada senja yang kau janji
Aku akan memelukmu
Persis selalu begitu yang kau maui

Aku masih menunggumu
Pada senja yang kunanti
Aku mau kau juga memlukku
Perlu berapa lama lagi kau membunuhku dalam sepi?

Senja ini aku menunggumu lagi
Menantimu untuk kesekian kali
Berharap lagi entah untuk alasan apalagi
Dan aku membencimu dari sekian senja yang selalu membuatku mati
Baca Selengkapnya - SENJA

JELATA

Kami bukan muka-muka jelita
Tak mungkin bisa memerah senyum
Tak pernah mampu bermuka palsu
Kami muka-muka jelata

Kami bukan pemilik pelita
Tak pernah terlihat dibawah cahaya
Tak mungkin benderang ditengah metropolitan
Kami wajah-wajah jelata

Kami makan sampah
Tak pernah mengunyah rasa
Tak juga mau mencoba kaya
Kami lelap dan lindap dalam jelata
Baca Selengkapnya - JELATA

TEROR-2

Onar!
Kata mereka, "Pegas sudah lepas."
Biarkan semua teriak lepas
Biar semua hingar bingar

Terpendar,
Mereka minta, "Teriakkan yang keras!"
Biarkan mengeras dan cadas
Biar yang lain tersadar

Ini perlawanan kami yang samar-samar
Pelan bersendawa pada lirihnya doa paras-paras memelas
Gegap gempita seketika perut-perut lapar meminta dalam lemas
Kecewa penuh darah dalam daging, teror dari kami yang terkapar!
Baca Selengkapnya - TEROR-2

TEROR

Pagi kotor

Bangun molor
Lupa pakai kolor
Disana ada teror!

Siang masih kotor
Buru-buru kutunggangi motor
Anj**g, nyaris kesamber pelor
Sampai sini rupanya itu teror!

Baru semalam kami berembug soal teror
Minggu kemarin berapi-api kita bagai orator
Kami pemuda isi perut bangsa ini, kami bisa libas semua koruptor
Kita garda paling depan tumpuan negara besar ini, kami aspirator

Bangun masih molor
Mondar-mandir naik motor
Sering lupa pakai kolor
Ngomong masih kotor
Diluar sana memang ada teror
Tapi bung, rakyat tidak cuma menunggu nyala obor!
Baca Selengkapnya - TEROR

MENCANDUMU

Bagaimana kubisa,
Menginjak-injakmu tiap aku melangkah
Meludahimu dengan serapah
Lalu meninju mukamu penuh amarah
Tak mungkin bisa!

Aku tahu aku tak akan pernah bisa,
Membuangmu jauh-jauh dari resah
Melupakanmu tiap aku gelisah
Lalu bersumpah pada halilintar, "Dia hanya sampah!"
Tak akan mungkin aku bisa!

Aku tak pernah bisa untuk tidak mengingatmu
Kala sepi begitu membuatku menggigil nyaris tanpa nafas
Ketika aku meraung hebat mencari jejak pijak mereka yang kandas
Bahkan sewaktu telingaku begitu pekak oleh derai tawa tanpa bekas
Namamu yang lagi-lagi kupanggil, "Aku mencandumu!"
Baca Selengkapnya - MENCANDUMU

Selasa, 20 September 2011

MATI

Aku pernah mencintaimu begitu dalam
Memugarmu dalam gugusan hati yang mengangkasa
Kusemat untukmu satu ruang terhangat disini
Hanya penuh denganmu, tak ada yang lain
Bahkan kiamat pun tak akan kuperbolehkan datang

Aku pernah menyayangimu teramat sayang
Menguatkanmu dengan senyum penuh doa pada sang Maha
Kulepas satu masa sia-sia untuk membiarkanmu hadir
Teruntukmu semata, tidak untuk cinta sesiapa pun
Sampai pemilik sorgaku pun tak pernah kuperkenankan memiliku

Hingga akhirnya aku mempersilahkanmu mati
Memutus sendi-sendi nyali rasamu padaku dengan api
Kupenuhi semua celah dengan semuaku yang menghebat
Tak perlu kamu, tidak sekali pun tentangmu
Meski kukuburkan kau hidup-hidup pun tak satu dosaku dicatat alam

Matilah,
Bara rasa cinta yang salah menyanderaku
Carilah batang rapuh lain untuk kau bakar habis
Bukan disini lagi tempat mati rasa cintamu
Matilah tanpa peduli cinta dalam jasad busuk penuh muntahan, matilah!
Baca Selengkapnya - MATI

INANG

Inang,
Susui aku lagi
Berikan putingmu
Aku haus, Inang

Inang,
Usap kepalaku
Biarkanku tidur
Rindu aku pada ibuku

Inang,
Seperti apa ibu yang kau ceritakan padaku tiap malam,
Apakah air susunya deras seperti derasnya air matamu tiap kau menyusuiku?
Bagaimana degup jantungnya yang kucari kala aku resah,
Apakah hatinya mati dan tak mungkin kembali tiap aku mencari puting susunya?
Baca Selengkapnya - INANG

PENUTUP

Seharian sudah hari ini kita bercumbu
Menikam jarak pada hikayat cinta paling bisu
Kita terjebak disini cinta,
Berujar rasa tanpa pernah padu raga

Sekian lama berseru "iya" setelah meragu
Terbunuh sudah lelah lara pada senandung lagu
Kau dan aku tersesap aura,
Mencium imaji membasahi pagut kelu yang tak nyata

Kami di ujung berbeda, tergugu
Simpulkan kami pada satu ikat akad haru
Biar saling merekat luka yang kemarin menganga
Dan padan lengkap tanpa jeda dengan penutup jiwa
Baca Selengkapnya - PENUTUP

ANGKUH

Bagaimana bisa kucoba mencintaimu
Ketika yang kau perlihatkan padaku
Dimalam-malam lengang tanpa rasa
Adalah kau yang tinggi menjulang pada nirwana

Disaat yang bagaimana kuberikan cintaku padamu
Jikalau diwaktu bersamaan kau menjauhiku
Pada saat resah akan renta begitu mendera lara
Kau begitu mengeras keras untuk arusku yang rata

Bilamana kurekatkan tubuhku untuk sentuhanmu
Kalau kau begitu dingin menyerang sendi-sendi rinduku
Sewaktu pongahku mengharapmu singgah pada pinta
Namun kau tetap menusuk waktu untuk memberi jeda

Seperti apa cintaku padamu ketika angkuhmu membunuhku?
Untuk apa memintaku ada sewaktu kau tak pernah ada untukku?
Apalah arti mencintai kalau cinta hanya sesekali menyiram rasa
Apakah masih hendak merindu kalau adanya kerap kali tiada 
Baca Selengkapnya - ANGKUH

Senin, 19 September 2011

AKU TAK MAU LAGI BERDOA

    Aku puaskan lagi laki-laki itu malam ini dibilik yang sama ketika malam itu dia begitu penuh padu rayu dan peluk pagut tanpa jeda saat dekat denganku. Ini malam kesekian setelah malam-malam sebelumnya akhirnya aku mengenali sedikit raut wajahmu yang tersentuh pendar cahaya lampu. Sedikit  saja yang kulihat, matamu begitu dalam memandangiku dalam panjangnya malam yang selalu menyembunyikanmu di ujung  gelapnya lorong.  Aku tak pernah mengenalinya. Terlebih ketika aku masyuk menjual diriku pada banyaknya laki-laki yang selalu memenuhi lorong ini tiap malamnya. Sesekali saja aku melirik ke sudut yang selalu memberikanmu ruang disana untuk selalu mengamatiku dari kejauhan. Aku tak bisa menikmati adamu terlalu lama, bisa-bisa laki-laki yang mau membeli tubuhku pada kabur kalau cemburu melihat sudut pandangku yang terlalu lama ke arahmu. 
    Kau perlahan mendekati cahaya setelah malam hendak menarik pagi dan lorong yang semalam penuh laki-laki mabuk dengan asap rokok dan birahi kelaki-lakiannya mulai pergi satu per satu dari dekatku. Aku terduduk seenaknya dengan tungkai kaki yang melebar kemana-mana dan sebatang rokok yang kuhisap pelan.
"Tenagaku hanya kupersiapkan untuk empat laki-laki malam ini, tapi yang datang  tujuh. Aku lelah mekangkang!" 
Udara beberapa senti disampingku tiba-tiba menghangat dan terasa agak senyap. Ada kamu mendekat disampingku.Kulirik hadirmu dengan ujung mataku. Tidak kudapati bau kelaki-lakianmu, hmm...kucoba lagi melirikmu sedikit lebih lama. Ada yang aneh dengan laki-laki ini. Aku tetap tidak mencium bau kelaki-lakianmu bahkan saat kau begitu dengan dengan tubuhku yang (kata mereka) selalu memancing kelaki-lakian mereka tegak mnantang birahi. Ada apa dengan laki-laki ini?
    Yang kuingat sejak ujung pagi itu mempertemukanmu denganku setelah sekian lama kau mengintaiku dari kejauhan, hanya satu keanehanmu yang membuatku merasa terasing dan juga bincang satu arahmu padaku yang kelelahan tentang cinta dan rasa yang kau tawarkan padaku. 
"Ah, goblok! Laki-laki tidak pernah punya cinta! Yang kamu mau hanya selangkanganku, jadi jangan tawarkan aku rasa!" 
Aku memang selalu menghebat penuh luapan setiap cinta ditawarkan diawal dan diakhiri dengan sekedar birahi dibawah pusar, biadab! 
Kuingat kau yang melipat hadirmu pagi itu lamat-lamat setelah aku menjauhimu bahkan setelah berpuluh-puluh malam berikutnya kau masih saja disana, diujung lorong gelap yang sama dan masih dengan mata yang sama, memperhatikanku dari kejuahan tanpa pernah lagi berani mendekat padaku. Dan kau masih akan tetap disana sampai malam menarik pagi dan lorong ini menjadi sepi. Hingga beberapa hari berikutnya, kau beranikan diri meninggalkan sebungkus tas plastik dibangku tempat dulu kita pernah berbincang pertama dan terakhir kali waktu itu.
    Setelahnya kau masih seperti itu, datang tanpa kutahu, mengamatiku dari kejuahuan hingga malam menarik pagi dan dibangku tua itu selalu ada bungkusan plastik yang kau tinggalkan. Bungkusan plastik itulah yang lambat laun membuatku larut menginginkan mengenal dirimu lebih dari kemarin. Isi dalam bungkusan plastik itu jugalah yang akhirnya membuatku menarikmu ke dalam bilikku setelah malam benar-benar menarik pagi kala itu. Dan memang kau laki-laki yang aneh. Aku tidak pernah dapat membaui kelaki-lakianmu, bahkan saat berkali-kali kutarik kau dalam bilikku hanya dengan kutang yang tak menampung buah dadaku dengan layak dan pahaku yang kemana-mana, kau tetap tidak membiarkanku membaui kelaki-lakianmu. Kau hanya terus memelukku, meraba lembut rambut hitamku yang penuh dengan keringat birahi setelah semalaman memuaskan beberapa laki-laki. Kau selalu begitu, diam tanpa geming, hanya memelukku dan hanya menyayangiku dengan caramu yang terlampau biasa. Bagiku, kau tetap laki-laki yang aneh, laki-laki yang bau kelaki-lakiannya tak pernah kubaui.
    Sejak mengenalmu, sejak kau dan bungkusan plastik itu menemuiku, aku jadi lebih berani untuk berdoa.  Beberapa kali kukembalikan bungkusan plastik itu padamu, namu berkali pula kau  simpankan bungkusan plastik itu dipangkuanku. Setelah kau menenangkanku, lalu pergi meninggalkanku, kubuka dan kututup secepat kilat bungkusan plastik itu. Tapi toh akhirnya, kunikmati juga isi didalam bungkusan plastik itu. Hingga akhirnya aku mengiyakan untuk berdoa karenanya.Aku masih belum suci putih ketika memberanikan diri untuk berdoa. Tapi aku memberanikan diri. Aku punya keinginan sekarang yang kuminta padaMU karenanya. Aku masih memilikinya yang membiarkan aku berteduh setelah lelah mekangkang dan berpeluh keringat dari laki-laki yang tentu selain dia. Dan dia selalu mendapatiku disini dengan banyak tanda merah dileher, dada dan dimana-mana. Tanda merah dari beberapa mulut laki-laki yang beringas melahapku dari tiap malam. Dan dia masih tetap aneh, tetap hangat memeluk dan mengelus lembut tangannya pada kepalaku.  Aku tenang dan hangat saat dia memperlakukanku seperti anak kucing yang mendapati induknya yang lama hilang. Matanya tak pernah menelanjangiku. Pelukannya tidak juga memaksaku untuk melayani kelaki-lakiannya yang tak juga bereaksi kala kami lekat dalam hangat. Doaku terlepas,
"Perkenankan aku berhenti,"
Doa itu pernah kupintakan padaMU sewaktu pertama kali aku masuk dan hidup dilorong gelap ini. Bertahun-tahun berikutnya aku tak pernah lagi berdoa dan meminta, karena kutahu, memang ini yang harus kujalani. Dan dia, laki-laki yang tidak pernah kutahu siapa nama dan darimana asalnya ini seketika membuatku merasa perlu untuk berdoa lagi.
     Doaku penuh dengan harap, terlebih ketika dia tetap datang seperti biasanya dan menggenapiku sebagai perempuan yang lemah tanpa daya dan membutuhkannya, laki-laki tegak yang kupintakan dalam doa untuk menyelamatkanku dari riaknya kehidupan kotorku. Aku siap untuk meninggalkan lorong gelap yang selalu suram dan pengab dengan deru nafsu dan rayu birahi. Lorong gelap yang tak pernah sepi tapi selalu membuatku menangis ditengah-tengah pekik nikmat banyaknya laki-laki yang mekangkangiku tiap malam. Aku hanya mengkilat kala kelaki-lakian mereka terangkat, selebihnya aku bukan siapa-siapa. Kala benderang ada dikepalaku, tak satu pun dari mereka yang mengenaliku. Aku ingin jadi mahkota siang. Aku ingin menjadi perempuan yang kau bahagiakan dan menemanimu mencari kebahagian kala dunia terang benderang tak lagi remang-remang. Aku perempuang penuh keringat laknat yang sekali lagi punya pinta dalam doa pendekku.
    Beberapa malam setelah itu, sejak doaku itu kupintakan, aku tak lagi pernah mau berdoa. Aku tetaplah aku yang dulu, yang hidup dilorong gelap, penuh dengan laki-laki penuh birahi kelaki-lakian, yang selalu merayu padu untuk sekedar bisa mekangkangiku. Tiap aku berdoa, aku tak pernah lagi mau berdoa. Dan kau pun, laki-laki yang sedari awal kudapati tanpa bau kelaki-lakianmu, kini kau pun jadi laki-laki yang membuatku berhenti berdoa. Persis ketika aku selesai berdoa memintaberhenti untuk kau selamatkan dari riak malam, seketika itu juga aku membaui kelaki-lakianmu yang murka atas birahimu diatas selangkanganku. Tepat ketika kalimat terakhir doaku, kau...laki-laki yang awalnya tidak kubaui kelaki-lakianmu, begitu membabi buta mengelupas cinta penuh rasa yang dulu kau tawarkan padaku dengan kelaki-lakianmu yang keras menantang hebat menerobos selangkanganku. Menggagahi rasa cintaku yang pelan merayap pada mimpi-mimpiku untuk menjauhi lorong gelap ini sekedar ingin berlari menjauh denganmu dan mencari terang benderang yang putih untukku. Seketika itu juga kau menghabiskan semua rasa cinta yang ingin kujaga denganmu hanya dengan desah nafsamu yang menderu hebat inginkan kepuasan. Dan aku kembali kecewa.
    Aku kembali lagi disini, dilorong hitam dengan laki-laki yang masih penuh dengan bau kelaki-lakiannya, asap rokok dan bau alkohol dimana-mana yang bersabung rayu birahi. Dan kini aku didekatmu, dengan kau juga yang lekat disampingku. Laki-laki dulu yang akhirnya memberikan kesempatan padaku untuk membaui kelaki-lakiannya disaat-saat terakhir aku ingin berhenti melacur. Dan aku tak mungkin lagi berhenti melacur. Tak mungkin lagi aku berdoa, aku tak mau lagi berdoa. Aku tak akan lagi punya keinginan berlarian dengan laki-laki tanpa bau laki-laki yang (mungkin) bisa membawaku menjauh dari lorong ini dan memahkotakanku dikepalanya sebagai dewi putih suci yang akan dibawanya kemana-mana dengan bangga penuh basuh cintanya yang tulus bersih untuk aku yang kemarin legam hitam dilorong gelap penuh birahi. Aku tak mau lagi berdoa. Aku berhenti berdoa!


   

Baca Selengkapnya - AKU TAK MAU LAGI BERDOA

Minggu, 18 September 2011

KETIKA KITA SAMPAI DISANA

Kau sampai disana
Disatu waktu tak direncana

Aku pernah ada

Pertemuan yang biasa saja

Kau disana
Satu masa tanpa duga
Kebetulan itu juga yang dulu kurasa
Rasa menyelinap tanpa kuasa

Kita pernah sama-sama merasa
Ada yang merapat pelan di dada
Bergetar lembut dan berubah jadi tidak biasa
Kita sampai disatu rasa yang melekatkan kita

Ketika sampai kita dikejauhan yang sama sekali berbeda
Tak lagi dekat pada masa-masa penuh duga kita
Apakah kita akan tetap erat memegang biasa yang memikat rasa?
Hingga tak pernah lagi ada ingin untuk lerai meski hanya desah semata?
Baca Selengkapnya - KETIKA KITA SAMPAI DISANA

KALAU BESOK AKU TAK DATANG

Kalau besok aku tak datang,
Sudah kusiapkan aku untukmu
Ada selimut kita,
Yang selalu merengkuh kita tiap malam
Kenakan tiap kau sepi meminta lelap
Agar aku mendekapmu seperti malam-malam lalu
Tetap memeluk dan mengusap pelan keningmu
Menghangatkanmu dalam-dalam di dadaku

Kalau besok aku tak datang,
Aku masih akan selalu didekatmu
Kaos kaki tebal ini,
Dua kakimu akan selalu terbungkus olehnya
Kaos kaki tebal ini akan tetap ada untuk dua kaki kaku laki-lakiku
Pakailah tiap kau begitu ingin kumanja
Tidur memagut tanpa lepas mendekap tiap lekat
Sembunyikan kakimu dalam lipatan pahaku
Biar terus kuusap punggungmu dalam dekapan

Kalau besok aku tak datang,
Aku tetap akan jadi mahkota dalam pagi hingga malammu
Lelah pun kau tetap akan kujauhkan
Galau di kening itu akan selalu kuusap lindap
Sepi tetap akan terisi olehku yang kau mau
Memanjakanmu tak akan pernah membuatku pudar
Kalau besok aku tak datang, aku akan tetap ada disini
Membuatmu menangis darah ketika semuamu adalah aku
Merajammu pada rindu yang mutlak saat aku terlalu pekat untuk kau laknat
Baca Selengkapnya - KALAU BESOK AKU TAK DATANG

Sabtu, 17 September 2011

ROLLERCOASTER

Runtuh sudah semua airmataku
Tak terbendung dan makin jadi
Sekujur tubuhku bergetar sangat hebat
Aku menunggumu diujung harap
Dan kau tak kunjung menarik peluk tubuhku

Hijau semua yang kupandang tanpa nyali
Gentar kakiku, tetap kuseret masuk
Tak ada dayaku untuk meninggalkanmu
Aku masih berharap kau datang
Sebaris pun kalimatmu tak pernah kudapati

Aku meninggalkanmu, seperti yang kau mau...


*****


Beruntun kudapati rindumu yang bertubi
Hangat cintamu menghidupiku
Membuatku tegak dengan senyum
Hingga aku berani lagi untuk kembali
Dan kupijak lagi kotamu

Kau dengannya, perempuan baru yang bersinar
Menyambutnya dengan peluk dan senyum
Kulirik jenak tubuhmu yang hanya siluet
Tubuhmu lebih kering dari ingatanku sebelumnya

Kita bertemu lagi, kau dengannya dan aku dengan laki-lakiku
Baca Selengkapnya - ROLLERCOASTER

JATUH CINTA

Lupa aku dengan caraku mencinta
Ketika dulu kucinta
Terakhir yang kurasa bukan cinta
Sedikit suka lalu pekat dengan duka

Lupa aku bagaimana harus mencinta
Sewaktu mulai mencinta
Merapikanmu dalam hati penuh cinta
Sekejap kemudian kau tikam aku dengan dusta

Betul-betul lupa aku seperti apa jatuh cinta
Apakah percaya matamu yang berbinar penuh rasa
Lalu menyesakkan kalimat rindumu dalam-dalam di dada
Kemudian menempatkanmu pada mimpi-mimpi penuh asa

Ataukah yang harus kuingat adalah semasa,
Kau lupa ingatan ketika berpuluh peluk kita akhiri malam dalam cinta
Mungkin juga yang kuingat haruslah sore ketika kau ludahi aku setelah tanpa berita
Seharusnya ingatan yang terus harus kuingat adalah ketika kau menusukku dengan pengingkaran akan kita yang dulu ada
Baca Selengkapnya - JATUH CINTA

KUTAHU AKU LEBIH

Lebih memilih bisu
Hanya aku dan kamu
Tak perlu semua tahu
Dan tak perlu semua diberitahu

Lebih mau menunggu
Percaya mulutmu
Meski yang lain meragu
Dan tetap saja menunggu seperti janjimu

Lebih sering merasa pilu
Mendengar semua katamu
Walau sudah pasti sembilu
Dan tetap mencintaimu meski kau meludahiku

Kutahu aku lebih darimu
Lebih bisa mendengar hatiku
Lebih percaya rinduku yang selalu kau tipu
Kutahu aku lebih karena aku bisa mencintaimu lebih baik dari caramu membohongiku
Baca Selengkapnya - KUTAHU AKU LEBIH

Jumat, 16 September 2011

MELIHATMU DARI KEJAUHAN SINI

Kunikmati kau dari kejauhan sini
Gerakmu lamat kusimpan dalam imaji
Rapi kusimpan semuamu yang kulihat hari ini
Senyumku lepas tak sengaja ketika disana tawamu kudapati
Kuraba punggungmu dari tempatku sekarang berdiri
Punggung yang tak pernah kulepas tanpa doa dari hati
"Kurasakan tegak punggungmu kekasih yang kunanti,"
Lembut jari-jari tanganku mengusap belakang kepalamu yang menjulang tinggi
Kulakukan itu semua masih dari tempatku di kejauhan tempatku berdiri
Mataku tertutup begitu saja kala meraba belakang kepalamu dari sini
"Kepalamu yang selalu menyelusup manja diantara dada dan hati,"
Bergetar pelan tubuhku, aku tak kuasa lagi
Kupeluk sendiri tubuhku yang menggigil perih ingin kau hampiri
Keras kutahan tubuhku untuk tidak lemas terpuruk disini
"Aku ingin kau kuatkan sekarang, aku hampir mati,"

Tidak mungkin kulanggar sumpahku dibawah bekas jejak kakimu waktu itu
Sumpah itu tulus kuucap tiap kau datang dan memberi bahagia untukku
Kucium bekas jejak kakimu ketika kau beranjak meninggalkanku  
"Aku hanya akan membahagiakanmu dari belakangmu,"
Kutangkupkan jari jemariku yang menyimpan bekas telapak kakimu pada bilik dadaku
Hangatmu kusimpan disini hingga esok membawamu lagi ke hadapanku
Terikat aku dengan bahagia yang lebih dulu kau jaga sebelumku
"Kau membuatku bahagia, selalu..."
Sampai aku mengejang pun tak akan kuhampiri kau demi pelukmu yang kumau
Meski kemarau cintamu menghadang terlalu panjang didepanku
Walau aku harus tetap menunggu kau datang dalam sekarat haus cintaku padamu
"Aku tak akan merebut bahagiamu dengan mereka  yang kau miliki sebelum kau mengenalku..."
Baca Selengkapnya - MELIHATMU DARI KEJAUHAN SINI

Kamis, 15 September 2011

APNEA

Gemeretak kutahan gigiku rapat-rapat
Kepal mengepal genggam kuat jemariku
Mataku merah marah penuh amarah
Kusumpal pelan-pelan mulutku terkatup
"Kau tidak hanya menyakitiku!"
Ingin sekali kulepaskan tinjuku dimukamu
Persis didepan matamu yang memelas bias
Biar kuhancurkan bola matamu hingga tanpa binar
Sampai merah menggenang disana bersama airmatamu
"Kau menjadikanku sampah!"
Kakiku tepat kutendangkan dikedua kakimu
Langkah kaki itu yang mempertemukanmu denganku
Kau tak perlu punya kaki kalau langkahmu selalu salah
Biar kuremukkan saja dua kakimu itu dengan emosiku
"Kau menikam jantungku berkali-kali!"
Tak akan lagi kubiarkan sekujur tubuhku tertahan
Aku tak mau lagi terbendung oleh sisa kasih
Seluruh duka luka yang tiada tara sudah terlalu perih
Pisau ini akan mencabik-cabikmu sekarang!
"Aku tak mau pingsan. Aku mau nafasku, aku harus membunuhnya!"
Baca Selengkapnya - APNEA

TRANS

Kulihat kau disana
Memelukku dengan airmata
Hangat membasahi hatiku
Kau begitu dekat, lekat
Aku merasakan nadimu
Teduh, kau teduhkan aku
"Metamu memintaku hidup!"
Darahku tak mengalir
Aku tak menahu adaku
Kau tunjukkan hatiku
Lekat disana pada katup jantungmu
"Aku hidup disana,"
Aku trans....
Tapi kau hidupkan aku disana
Baca Selengkapnya - TRANS

KELAMIN MANDUL

Yang dirasa cinta
Tapi kelaminnnya cabul
Katanya punya rindu
Begitu dirasa, cuma basahan air .....(tiiiiiiitiiiiiiit!)

Sok kasih atensi
Tetap saja jarinya cuma cari liang
Yang digadang cinta mati
Saat disesap, cuma isepan dibalik kutang

Binal-binal batangan kadal
Gesek kesana muncrat juga disini
Jumblat-jumblit tiiiiitiiiit japit
Sorong ke kiri sorong ke kanan

Raja singa hampiri saja kelaminnya
Buat gatal sekujur nyalinya
Kencing nanah siramlah otot tegangnya
Supaya gelegar tawanya tak lagi nyinyir

Mandul diundal-andul
Tujuh turunan pun gak akan lahir dari kelamin semprul
Gondal-gandul katanya mandul
Kelamin tetap saja kelamin, biar mandul tetap bukan ampul!
Baca Selengkapnya - KELAMIN MANDUL

kELAMIN BIMBANG

Dia punyai kelaminnya
Kamu pun miliki kelaminmu
Bisa tegak berdiri
Bisa juga basah menggenangi

Ketemulah dia, kamu, kalian dan mereka
Tidak pada waktu yang diminta
Tidak juga pada rasa yang dipinta
Hanya bertemu, hadir dan keluarlah...

Keluar semua bulir-bulir keringatmu diranjangnya
Basah sudah kelaminmu karena gerak ritmis birahinya
Semua memuncak, semua tergenang
Kamu orgasme, dia pun terpekik

Hanya sekian menit saja
Rasanya hanya beberapa detik mencicip surga
Apakah hakiki merasakan sesuatu yang berdurasi?
Bilamanakah teragungkan, apakah saat upeti puncak diotakmu?

Tak ada pelukan yang jadi akhirnya
Tak kunjung juga kau rasai hangatnya
Tak ada bathinmu dalam ciumannya
Tak juga kau dapati cintanya pada nadimu

Kala kelaminmu tak lagi muntah
Saat liurmu tak lagi mencipta jejak pada batang lehernya
Kau guncang dia bagai mayat hidup yang tak berarti
Semua kau sangkal darinya selayak kau setubuhi binatang

Untuk apa kau ucap cinta
Manakala yang kau pinta hanya tegangkan kelaminmu
Untuk apa kau palsukan sayang
Manakala semua kau tagih saat orgasme-mu terlepas setelahnya

Bukan birahi yang dicarinya
Bukan tumpahan air manimu yang diingatnya
Tak juga kerasnya kelaminmu dalam dirinya
Tidak pula panasnya birahimu kala menaikinya

Bukan!
Dia tak mau kelaminnya ditukar dengan birahi
Dia tak rela birahinya dirasai binatang kasar yang terrangsang hebat
Dia bukan cawan tadah nafsu binalmu, bukan...!

Barter saja kelaminmu dengan cintamu yang kultus
Barter kelaminmu dengan rasa sayang tanpa batasan waktu
Barter saja gairahmu, gantikan untuk keberadaan yang tulus
Barter nafsumu, tukar untuk senyum hatinya yang tak akan pupus
Baca Selengkapnya - kELAMIN BIMBANG

BARTER KELAMIN

Dia punyai kelaminnya
Kamu pun miliki kelaminmu
Bisa tegak berdiri
Bisa juga basah menggenangi

Ketemulah dia, kamu, kalian dan mereka
Tidak pada waktu yang diminta
Tidak juga pada rasa yang dipinta
Hanya bertemu, hadir dan keluarlah...

Keluar semua bulir-bulir keringatmu diranjangnya
Basah sudah kelaminmu karena gerak ritmis birahinya
Semua memuncak, semua tergenang
Kamu orgasme, dia pun terpekik

Hanya sekian menit saja
Rasanya hanya beberapa detik mencicip surga
Apakah hakiki merasakan sesuatu yang berdurasi?
Bilamanakah teragungkan, apakah saat upeti puncak diotakmu?

Tak ada pelukan yang jadi akhirnya
Tak kunjung juga kau rasai hangatnya
Tak ada bathinmu dalam ciumannya
Tak juga kau dapati cintanya pada nadimu

Kala kelaminmu tak lagi muntah
Saat liurmu tak lagi mencipta jejak pada batang lehernya
Kau guncang dia bagai mayat hidup yang tak berarti
Semua kau sangkal darinya selayak kau setubuhi binatang

Untuk apa kau ucap cinta
Manakala yang kau pinta hanya tegangkan kelaminmu
Untuk apa kau palsukan sayang
Manakala semua kau tagih saat orgasme-mu terlepas setelahnya

Bukan birahi yang dicarinya
Bukan tumpahan air manimu yang diingatnya
Tak juga kerasnya kelaminmu dalam dirinya
Tidak pula panasnya birahimu kala menaikinya

Bukan!
Dia tak mau kelaminnya ditukar dengan birahi
Dia tak rela birahinya dirasai binatang kasar yang terrangsang hebat
Dia bukan cawan tadah nafsu binalmu, bukan...!

Barter saja kelaminmu dengan cintamu yang kultus
Barter kelaminmu dengan rasa sayang tanpa batasan waktu
Barter saja gairahmu, gantikan untuk keberadaan yang tulus
Barter nafsumu, tukar untuk senyum hatinya yang tak akan pupus
Baca Selengkapnya - BARTER KELAMIN

KELAMIN DIAM

Kulihat begitu saja
Tak bergerak-gerak
Diam saja
Hanya termanggut-manggut waktu disapa senyum
Kutengok sebentar
Tak juga bergerak dan tergetar
Masih diam begitu saja
Tetap tergugu saat luguku begitu baru

Lalu kurasakan dengan hati
Dia mengeras
Tak lagi diam
Tak mau lemas terlebih waktu kugadang dengan nyali

Kemudian kurajut dengan khayal
Dia makin menegang
Tak mau diam lunglai
Terus mengeras apalagi saat aku mulai terikat

Kini kuremas kau dengan begitu banyak impian
Kuberdirikan pada satu untuk menjadi dua, bersama
Dan kau menunduk
Lemas, tidak keras dan diam lagi
Baca Selengkapnya - KELAMIN DIAM

Rabu, 14 September 2011

JALANG

Mungkinkah malang yang membuatnya gamang?
Kalau  tiap remuk dia redam
Dan tangis hanya membangunkan dendamnya
Teriaki dia sundal kampung yang jalang
Biarkan satu cerita terbuka kala malam
Hujatkan semua jijikmu dalam-dalam padanya
Relakan dia menikmati pekikmu yang lantang,
"Bapakku-kah yang mekangkang diatas tubuhmu yang telanjang?"
Baca Selengkapnya - JALANG

GUNDIK

Karena klenik kau jadi gundik
Besok setelah sekarang buatmu cuma sejentik
Laki-laki tuamu itu cuma percaya mimik
Punya anak bini masih saja cari gundik

Karena klenik kau jadi gundik
Yang kemaren terjadi pun terdengar berbisik
Laki-laki tuamu itu cuma mau tempik
Punya anak bini tetap saja ngelonin gundik

Cuma jadi gundik masih juga mengusik
Klenik komat-kamit tiap si tua bertingkah
Cuma jadi gundik tetap pakai mimik
Klenik komat-kamit tiap si tua lupa singgah
Baca Selengkapnya - GUNDIK

KONTRAINDIKASI

Coba saja yang ini,
Semua sedang ingini
Asal bisa menggauli
Tak perlu bisa mencintai

Coba juga yang ini,
Nyaris semua maui
Kalau bisa menggagahi
Tidak harus kau nikahi

Yang ini juga cicipi,
Belakangan semua merasai
Memanglah mampu menikahi
Tetap tak apa-apa kau selingkuhi

Sedikit risih
Sedikit jengah
Yang ini protes lirih
Yang ini malah terengah-engah
Baca Selengkapnya - KONTRAINDIKASI

LAKI-LAKI HARI SENIN

Hari ini peluklah aku lebih lama, bang
Akan kubuatkan satu piring gorengan pisang
Nanti kutelanjangi sore denganmu tanpa kutang
Ayolah bang...jangan kau buat aku terangsang lalu kau tinggal pulang
Jangan selalu kau biarkan aku sendiri tiap Sabtu dan Minggu datang
Tahukah kau bang, tiap malam menjelang
Tak ada yang menemaniku tidur selain bintang gemintang
Tiap aku hendak terlelap selalu pikiranku yang melayang
Tak tahukah kau bang, cintaku terlanjur untukmu bang
Jangan selalu kau bilang Senin kau pasti datang

Aku hanya akan datang hari Senin, sayang
Tak perlu kau telanjang didepanku sekarang
Hari ini aku akan pulang
Memuaskan istriku yang lama tidak terangsang
Bermain dengan anakku yang nyaris seminggu menungguku datang
Aku masih tetap akan jadi laki-laki hari Seninmu yang kau sayang
Kumakan habis itu nanti semua gorengan pisang
Dan biar aku saja yang membuatmu tanpa kutang
Membuatmu terangsang lagi tanpa kutinggal saat menggelinjang
Setelah Minggu cuma aku yang akan membuatmu mekangkang
Baca Selengkapnya - LAKI-LAKI HARI SENIN

SEWAKTU BAHENOL KE PASAR SENGGOL

Ini cerita si Bahenol,
Waktu itu mereka bertemu di pasar senggol
Laki-laki itu jalannya tertatih tiap kesenggol
Uzur, gigi tanggal, cuma bisa makan ongol-ongol
Tapi apa lacur, kelaki-lakiannya bernyali tiap liat Bahenol
Ditarik dan dibujuknya si Bahenol di pojokan pasar senggol
"Nanti abang datang, abang pengen senggol Bahenol..."
Tak henti-hentinya tawa pingkal si Bahenol
Sudah bau neraka tapi kelakuan masih juga konyol
Tak diminta tak juga diiyakan, ndilalah lusa si tua datang naik kol
Duduk tak pernah mau jauh, katanya supaya tetep bisa senggol Bahenol
Tiap minggu berikutnya selalu datang kasih Bahenol lima lembar duit warna merah yang lima nol
Sekalinya datang nekad mangku si Bahenol
Kaki sudah gemetaran masih juga birahi lihat Bahenol
Bukan saja rentanya yang selalu buat pecah cekikan Bahenol
Maunya yang binal  juga selalu buat gemas Bahenol
Tak perlu macam-macam gaya, cukup sekali senggol
Tidak juga harus di geol kalau sudah mulai sengal-senggol
Belum juga apa-apa, si uzur sudah teriak, "Oooooohhhhh Bahenoooool...!"
Baca Selengkapnya - SEWAKTU BAHENOL KE PASAR SENGGOL

GUNDIK SATU MUSIM

Aku mencintaimu hari ini dik
Aku menginginkanmu hari ini, titik
Tidak usahlah kau tanya aku ini itu dik, berisik
Kemarilah, berikan aku senyum di mimik
Aku jatuh cinta padamu dik
Aku sangat menyayangimu, tak mungkin kutarik
Biarlah saat ini kuberikan semuaku agar kau terpekik
Peluklah juga aku sekarang dik

Aku juga menyayangimu mas
Tiap kau peluk, sekujur tubuhku lunglai lemas
Semakin hari hatiku mencintaimu dengan gemas
Aku hanya gundik satu musimmu mas
Hanya semusim ini yang kumiliki denganmu, tak sampai  tuntas
Biarkan kuhapus rasaku yang makin mengeras
Maklumi saat aku membatu kala kau cintai, keras dan cadas
Relakan aku ambigu dan kaku rasa karena kutahu....bagimu aku selalu jadi bekas
Baca Selengkapnya - GUNDIK SATU MUSIM

AJARKAN AKU, MAK!

Tiap malam kuantar Emakku sampai ujung gang
Semenit sebelumnya kutemani Emak berdandan dalam dendang
Emakku cantik, sintal dan gemuk sekal di bagian pinggang
Emak selalu lebih cantik saat malam, daripada ketika Emak baru bangun dari ranjang
Sepapan kotak paesan warna-warni selalu membuat Emak benderang
Rambut Emak hitam mengkilat panjang sebahu bergelombang-gelombang
Kulit Emak tidak langsat, kulit kebanyakan pribumi, sawo matang
Bibir Emak tak pernah lepas dari warna merah, "Makin merah, makin menantang..."
Pantat dan dada Emak sekal berisi, "Apalah jadinya kalau tidak ada isinya ini kutang..."

Aku suka memperhatikan jalanmu yang membuat semua mata laki-laki terbeliak
Tak pernah habis kagumku melepasmu menjauh dengan sepatu runcingmu yang berhak
Tiap malam kusisir rambutku lurus-lurus, aku ingin rambutku cepat panjang Mak
Kalau kau tidak dirumah, kupoles-poles wajahku dengan paesanmu yang sekotak
Seringkali kubasah-basahi bibirku dengan ludah agar merah dan mengkilat
Cepatlah kau pulang Mak, ajarkan aku cara berdandan dan pandai memikat
Segeralah beritahukan aku bagaiman aku harus membuat payudaraku besar dan ketat
Aku ingin cepat menjadi sepertimu Mak...
Ajarkan aku jadi wanita cantik yang disuka banyak laki-laki pencari nikmat Mak!
Baca Selengkapnya - AJARKAN AKU, MAK!

JANGAN DOAKAN AKU LAGI MAK...!

Parasku ayu Mak,
Kabul doa yang kau pinta dulu pada Gustimu sewaktu malam-malam kau lirih teriak
"Berilah dia wajah yang ayu biar selalu membuat mata yang lain terbeliak..."

Tubuhku sintal tanpa lemak
Siang malam tak perlu kau buatkan aku jamu pelangsing tiap makanku banyak
Meski anakmu ini belum mandi, yang minta kenalan sampai tetangga kampung Mak

Aku ayu Mak,
Tiap hari berderet-deret yang merayu, banyak
Muda perkasa sampai tua ringkih semua datang ke barakku di Jarak

Aku sintal memabukkan Mak
Laki-laki itu suka dadaku yang bulat ketat, "Selalu bikin konak..."
Dadaku disuka, pantatku dipuja, pinggulku dimau, semuaku memabukkan seperti arak

Aku tak mau lagi diinginkan laki-laki yang cuma punya birahi padaku Mak
Aku pilih gemuk jelek seperti Minul yang disayang suaminya begitu banyak
Aku lelah tiap bertemu laki-laki yang melihatku dengan kemaluannya yang melonjak

Jangan kau pintakan lagi ayu dan semokku pada Gustimu, Mak
Kalau aku hanya berakhir disini, anak ayumu ini hanya pembuat klimak
Jangan doakan aku lagi Mak...!
Baca Selengkapnya - JANGAN DOAKAN AKU LAGI MAK...!

PUISIKU GANTI JUDUL

Bukan lagi kamu yang menghilang
Bilang katanya cintamu segudang
Maunya mati pun dikubur satu liang
Sumpah mati gak cuma mau nyuruh mekangkang

Bukan juga kamu yang datang dan pergi
Hari ini teriak rindu, besok hilang selepas birahi
Ikad akad katamu kau pikat gak pake' ngutang, tunai
Memasung diri saat cium jari-jari kaki tetap saja kau lari

Puisi ini bukan untukmu juga
Kamu yang penuh luka tapi penyuka buah dada
Memeta langkah kesana kemari meski tak juga kemana-mana
Sudah pasti kau hilang, dengan siapa dan entah kemana

Puisi ini sudah ganti judul
Tidak untukmu yang mandul
Bukan demi kamu yang masygul
Pun bukan untuk kalian yang selalu anggap cinta itu cuma bisul!
Baca Selengkapnya - PUISIKU GANTI JUDUL

HUJAN PERTAMA

Malam ini hujan pertama dihatiku
Bisa jadi ini juga hujan pertama dihatimu
Kau yang semalam kupeluk dalam air mata
Tahukah kau mulutku memakimu hingga pagi tanpa jeda?

Hujan pertama ini milik hatiku dan hatimu
Milik cintaku yang kau teguhkan dengan adamu
Tiap kusumpal angin dengan sumpah serapah penuh gema
Kau tak pernah lepaskan pelukmu padaku yang nelangsa

Hujan meluruhkan duka kita pada lalu
Membuang seluruh gemuruh pilu pada hulu laut biru
Kita hanya memiliki remah-remah hati dari dulunya sisa rasa
Kita sama-sama gontai dan menjauh dari jeda cinta

Hujan pertama pada akhir yang kita mau,
Pasung kami pada musim ini untuk berakar padamu
Tak akan ada lagi yang jauh menjauhi kami dalam masa
Dan biarkan semuanya terhenti tanpa ironi tepat disini, di hujan pertama kita
Baca Selengkapnya - HUJAN PERTAMA

Selasa, 13 September 2011

SEMUSIM INGIN

Musim ini semusim harap buat kita
Satu rasa menyelinap lamat
Tepat membasahi keringnya cawan hati
Kau bertanya,
"Apakah masih pantas kudicintai?"
Dan tanyaku pun serupa,
"Mungkinkah ada lagi cinta yang bersauh?"
Bukan kita yang menginginkan musim ini
Luka yang mengukir kita masih berbekas
Asa itu sudah hampir sama-sama pupus
Aku berharap,
"Jangan lagi beri aku rasa, Gusti"
Kau lirih meminta,
"Satu lagi kisah dan biarkan aku pantas memilikinya,"
Disatu musim ini ingin kita beradu,
Adamu pada sedikit tenaga mencintaiku
Biarkan aku luruh lalu bersemi lagi padamu
Henyakkan aku pada sayapmu yang hangat
Sampai aku mendapatkan lagi rasaku
Lalu kuhangatkan pula harga dirimu akan cinta
Semusim ingin tanpa semilir angin,
Biarkan kami padan dalam satu
Tenangkan kami dari beriaknya onak
Agar bisa kami saling memeluk
Lalu menguatkan kaki bersama
Menyisir sayap yang bareng mengembang
Dalam satu dongak padaMu Sang Maha
"Setangkup luka yang menghadirkan kemballi kita pada pekatnya semusim ingin kami,"
Baca Selengkapnya - SEMUSIM INGIN

BADUT

Senyum ini senyum terriang malam ini
Memulas ujung-ujung bibir begitu manis
Binar mataku lebar membeliak
Lengkap sudah senyumku pada periode ini

Tak perlu blush-on
Pipiku yang sekal pembuat senyumku mahal
Bibirku tak harus merah
Pijar bintang pasti menerangi senyum renyahku

Aku akan membuatmu selalu bahagia
Setiap kau disini, aku seorang yang menyenangkanmu
Kau harus bahagia, kau bisa bahagia
Lakonku sangat luar biasa

Syukurlah episode ini bisa lagi kulalui
Kulemaskan otot-otot tawaku tadi tegang
Tersungkur aku disudut malam yang hitam
Punggungmu tak lagi kudapati disana

Aku membahagiakan dan menguatkanmu lagi malam ini
Pulanglah, kembalilah pada hidupmu
Kakimu sekarang kuat lagi memjiak langkah
Celotehmu sekarang banyak tentang esok yang benderang

Aku akan selalu disini menghiburmu dalam tawa
Tiap kali kau datang, kau harus pulang dengan kuat
Biarlah aku disini menghitam selalu dalam malam tanpa sinar
Berkeluh pada sepi dan menyelimuti resah

Seperti sekarang,
Melemaskan tegang rautku yang seharian menghiburmu
Memijit lelah tubuh tuaku seorang diri, selalu tanpamu
Aku badut yang terus selalu akan meninggikanmu tanpa jeda
Baca Selengkapnya - BADUT

Senin, 12 September 2011

BAGIKU

Bagiku,
Tak satu pun air matamu yang tak kusimpan dihati
Satu kosong hatimu kuhidupkan dengan mimpi
Luka yang memasungmu kutikamkan saja padaku
Dengan dua tanganku kusanggah dongak kepalamu untuk dunia

Bagiku,
Mencintaimu adalah menyimpanmu dalam dekapan
Menghangatkanmu pada pelukanku
Lalu menguatkan kakimu untuk tegak lagi dan berlari
Hingga yang didepanmu patut bisa lagi kau genggam

Bagiku,
Gelegak tawa riangmu tak perlu kudengar
Pujian dan ambisimu bukan untuk kunikmati
Ini itu kesana kemarimu tidak akan tanpaku
Bagiku,
Memandang punggungmu dari kejauhan saat  ku kau tinggalkan
Menyesap sendiri sepi dan melipat indahmu tanpa ada lagi dirimu
Adalah pengabdian dan pemberianku yang tak perlu kau hitung

Meski ada satu mimpiku yang tak pernah kabul
Tetaplah kau disini saat kau tidak lagi terluka
Peluk saja aku...
Hanya satu saja doaku meski jauh dari nyata
Bawa aku kemana pun kau pergi
Aku ingin kau lindungi...
Bagiku, adamu bukan untuk saat kita yang sekarang saja
Meski kutahu, bagimu aku hanya tempatmu singgah dan lalu berlalu
Baca Selengkapnya - BAGIKU

CINTA SEBELUM SATU KISAH CINTA YANG LAIN USAI

Kutinggalkan dulu cintaku dengannya
Aku mencintaimu sekarang
Yang kutinggalkan menyiksa laraku
Aku ingin berpaling dulu padamu

Biarkan yang kutinggalkan kudiamkan
Kau begitu memenuhiku
Dia hanya selalu menyumpahiku
Kau selalu ada untukku

Hari ini milik kita
Senyum yang kita punya
Detik ini cuma untuk kita
Kau dan aku semata

Lalu aku apa setelah kau kembali padanya?
Lalu aku dihatimu yang mana saat waktu itu datang?
Bagaimana kumencintaimu kalau kau akan meninggalkanku?
Seperti bagaimana kupeluk dirimu kalau yang nyata kulihat hanya ilusi?
Baca Selengkapnya - CINTA SEBELUM SATU KISAH CINTA YANG LAIN USAI

SALAH

Ketemu cinta yang ini
Tetap karena rasa yang tidak biasa
Masih berawal sayang, rindu lalu menggebu
Ini cinta yang salah

Cinta yang berikut juga sama
Bincang kata ketemu mirip lakon
Menarik mimpi, harap dan doa untuk padan
Ternyata masih cinta yang salah

Berikutnya juga cinta yang serupa
Menyuka senyum dan tatap mata yang ingin menyatu
Tunggu menunggu hari agar bisa berdua
Akhirnya kalau cinta yang ini tetap cinta yang salah

Salah, "Aku hanya ingin bercinta,"
"Aku tak boleh kamu cintai," salah
"Mimpiku nyaris ditangan, aku sudah tak butuh cinta," .ini juga salah
Pun yang ini, salah juga..."Kamu teman yang bisa diajak bicara dan bisa menemani lukaku kemarin,"
Baca Selengkapnya - SALAH

SAATKU

Aku sudah menempelkanmu dibawah kakiku
Kuinjak-injak dan tak pernah lagi kutengok
Hidupku ini sudah tak memerlukanmu lagi
Senyum pun tak juga harus karenamu

Sebelum aku menginjak-injakmu,
Kau yang terlebih dulu melempar dan meludahiku
Ingatkah kau saat kupinta kau berputar kembali?
Berlusin minggu kutunggu sewaktu itu

Biduk tua ini masih ingin menari
Tak perlu lagi mendera mau pada cinta satu arah
Jangan kau tarik lagi kaki ini ke depan mukaku
Apakah aku terkutuk kalau ini saatku?
Baca Selengkapnya - SAATKU

Minggu, 11 September 2011

PISAU ITU ADA PADAMU

Yang merasa hati
Mataku tak pernah mendapatinya
Mulutmu pun tak juga jadi petunjuk
Tiap kali hati yang berbisik

Tak mungkin ada padamu
Kaki sudah membawaku begitu jauh
Matamu penuh labirin
Lagi-lagi hatiku menelisik

Hatiku tak pernah berkhianat
Tepat saat kau peluk aku yang berharap
Kau cabik-cabik hatiku seperti predator tanpa iba
Pisau itu memang ada padamu!
Baca Selengkapnya - PISAU ITU ADA PADAMU

SENINKU HILANG

Mungkin dia mati
Tergulung mulut bisunya
Jadi mayat tanpa nama
Lalu dihujati serapah dari segala arah

Mungkin juga dia hanya sekarat
Tertusuk sendiri oleh cinta
Meregang nyawa tanpa doa
Tapi masih meminta rindu menghidupkannya

Bisa juga masih hidup
Bersembunyi dari luka
Membuat selainnya koma
Namun tetap tanpa darah dan panca indera

Aku bersendawa pada seloro,
"Seninku hilang!"
Hapus saja dari elegi satu judul cinta
Karena sekarang tak perlu lagi ada Senin
Baca Selengkapnya - SENINKU HILANG

TENTANG ADA DAN KETIDAKADAAN

Adamu adalah ketika mempersilahkanmu hadir
Lamat mengamatimu dalam malu-malu yang kumau
Menyimpul senyumku membunuh sepi-sepiku yang dulu
Dunia yang kutatap selalu pagi yang benderang, tak pernah malam
Esok denganmu adalah berlari kecil tanpa takut tenggelam
Berat besok dibawah langkah kaki kita
Menyadarimu ada sama berartinya dengan adaku selamanya

Ketika tiba henyakku akan ketidakadaanmu
Airmata ini tak pernah terhenti menetes
Bibirku terus menerus memanggil namamu
Tubuh lelah ini meregang kejang menunggumu memeluk
Malam tak pernah lagi membuatku tertidur
Ketidakadaanmu mencabutku dari damainya bersandar padamu
Lalu aku tertutup dan lekat pada cangkang ketidakberartian
Baca Selengkapnya - TENTANG ADA DAN KETIDAKADAAN

NYARIS 5!

Gadis manis itu membuatmu jatuh hati
Kisah cinta penuh romansa dan canda mesra pernah selalu kau rindu tiap pagi karenanya
Seluruh suka cita dan puncak-puncak harap kau tangkupkan dalam doa-doa malamnya
Mendapatinya sekali saja untuk kubawa ke kamar kostku rasanya selalu mustahil 
Terpaksa kuminta bukti cintanya, dia memintaku memberi akad
Aku lebih memilihmu, perempuanku yang selalu mengerti maunya birahi pagiku

Perempuan kesekianmu setelah beberapa dari yang kemarin kau puja
Jalin menjalin setia akan rasa karena suka rasa yang kau tanamkan tiap saat
Bertemu tanpa sengaja dengan kisah cinta banyak harap ketika bercumbu dengan mulutmu
Menggemaskan sekali kematangannya untuk kutelanjangi penuh nafsu
Betul-betul menambah gairah tiap dilihat meski selalu saja terlalu mengikatku
Aahh...aku mendambamu lebih pelacur mudakuku yang selalu membuatku klimaks

Istrimu yang paling kau cinta
Tempatmu menghiasinya dengan harta benda
Anak-anak dan kau pun sesekali menyusu padanya
Menyetubuhinya tak lagi membuatku birahi, 
Hanya kewajiban, daripada batang dibawah pusarku ini berkarat,
Aku ingin mencumbu dan membuatmu suka pada kesukaanku bersuka-suka dengan kelamin

Perempuan setengah istrimu itu mahkota hatimu
Segudang harap akan mimpi indahnya bahtera hidup kau tambatkan padanya
Kau sesap madu perawannya hingga terlahir anak pinak buah kejantananmu
Beberapa tahun saja aku jadi laki-laki diatas tubuhnya, selebihnya...
Tiap mulutnya terbuka yang kudengar bukan desahan birahi, tapi hanya hitungan tagihan
Aku laki-laki sejati diatas tubuhmu tiap kau mengerang hebat karena kelaki-lakianku

Wanita bekas istrimu membawa lari semua cintamu
Rumah indah dan segala hiruk pikuk anak-anak buah cintamu dengannya memenuhimu
Dia bunuh semua mimpinya untuk jadi wanita penuh karir diberisiknya sosialita ibukota demi kau
Sekarang tiap kuajak bercumbu yang dibicarakannya hanya ingin kerja...kerja dan kerja
Beberapa kali kutarik dia ke ranjang tiap kali juga dia ingin relaku melepasnya bekerja
Aku tetaplah laki-laki yang selalu mau dilayani, seperti kau melayaniku sayang...
Baca Selengkapnya - NYARIS 5!

Sabtu, 10 September 2011

TAK SEBULAT HITUNGAN HARI

Pagi datang membawa embun pada daun-daun perawan
Seperti ketika kau datang dalam diam, tapi terasa
Siang benderang menarik jauh-jauh sejuk lena akan pagi
Begitu juga kau, memintaku lupa pada lalu yang membawa luka

Senja hadir dengan siluet jingga penuh pesona melipat benderangnya siang
Bagai hari-hari yang kemarin menyilaukan lalu kau redupkan dengan datangmu
Malam menikam senja pada gelap magis menjauhkan siluet senja dari hipnotis
Tak ubahnya dengan kau yang menemaniku saat temaram sekujur rasa


Kalaulah setelah pagi,
Aku menemukanmu masih sendiri tak jauh dariku
Jika saja siang yang benderang,
Makin mendekatkan kau pada adanya taut takdirku denganmu
Hingga senja yang hanya sekilas siluet,
Tak juga membuatmu lekang dalam hengkang padaku
Seketika cepatnya malam menyadurkan henyak kebenaranku akanmu
Sewaktu kutahu kalau rasamu tak pernah bulat penuh sehari untukku
Sampai kumenahu, kau pun mencabik-cabik hatiku dengan pisau itu
Baca Selengkapnya - TAK SEBULAT HITUNGAN HARI

PULANG

Sewaktu itu pilu luka hatiku masih biru
Kusesap sesekali tetesan merah darah yang mengucur
Anyir aroma sayatan itu masih pekat lekat teringat
Denyutnya masih sesekali menyeruak mencari asa
Kutambal sulam jerit-jerit rasa yang dulu ada dengan kenangan
Makin terasa perihnya disana, mematikan
Tersungkur aku meredam sakitnya sembiluku yang kaku
Kupecahkan kepala yang penuh dengan maaf dan harap ini pada kerasnya batu cadas
"Aku lelah mencintai sisa rasa yang membuatku sekali lagi kalah,"

Biarkan aku pulang pada malam-malam tanpa aksara
Mengusap lembut sendiri hatiku yang runtuh oleh semua kisah lalu
Aku hanya ingin menambatkan sedikit sisa rasa ini pada adaku
Sisa rasa,
Antarkan aku pada senja ini dibawah rindangnya malam diatas bukit sana
Biar kumeleleh dengan sedikit senyum menikmati sunyimu yang kemilau
Sendiri buatku akan lebih genap jika perih tak lagi mencaik-cabikku
Rela sudah kukafani raga usangku tanpa hati dan cinta mati
"Aku memerah pada jingganya senja yang membuatku tersenyum bahagia"
Baca Selengkapnya - PULANG

Kamis, 08 September 2011

BULAN DALAM DARAHKU

     Masih sekelumit waktu itu aku berkenalan dengan takdir dan dirimu, Bulan dalam Darahku. Baru beberapa kata saja yang bisa kuucap tapi yang pertama kukenali adalah bara api dalam matamu. Begitu panas yang kurasa saat itu, ah...itu mungkin hanya amarah sesaat. Tapi bara api dalam matamu waktu itu teramat sangat kuingat hingga sampai dikemudian hari hidupku yang selalu legam lebam oleh biru. Aku tak pernah kau maui sejak awal, itu pun sangat terrasa.
     Aku mekar dengan beberapa mimpi yang kau cabik didepan mataku hingga aku terlunta dan bernanah darah ketika kukumpulkan puing-puing mimpiku yang katamu tak pernah pantas untukku. Sebisanya kusimpan sedikit sisa mimpiku yang terpelanting jauh kala tertutup ketakutanku padamu. Bagaimanapun kau tetaplah Bulan dalam Darahku yang harus kusembah karena sedari aku ada, aku mengemban titah untuk senantiasa mengagungkanmu.
    Kau membuat aku begitu tahu nilaiku yang tanpa arti sedikit pun. Sekali kuberjalan maju ke depan, berkali-kali kau tarik aku ke belakang dengan banyak serapah dan pukulanmu tepat dihatiku. Aku bukan siapa-siapa dan tidak akan pernah jadi apa-apa untukmu meski dalam sujud selalu kupinta padamu, 
"Doakan aku. Aku ingin ada dalam doamu,"
Sekilas kupinta itu darimu, wahai Bulan dalam Darahku seketika itu juga kutahu kau tidak akan pernah mendoakanku. Aku ada dibawah kakimu, dan akan selalu ada disana bagimu tanpa pernah kau basuh sekedar untuk membuatku bersih dari debu.
    Pernah kuingin sekali membuat kedua tanganmu terentang memelukku yang menggigil penuh takut saat melihat depan yang kau minta untuk kulalui tanpamu dan tanpa siapa pun disana. Dan yang kurasakan betul saat itu kakimu menyepakku hingga tersungkur penuh tangis, 
"Aku tak mau kau selalu sembunyi dalam cangkangku, benalu! Jauhi aku, pergi sana, telan dunia!"
Aku terbunuh persis dihari itu dengan kaki yang patah dan kedua tangan yang remuk tak bisa lagi untuk menggenggam dunia yang kau mau kumasukkan dalam mulut dan terbenam di perutku. Aku mati dan tertatih sendiri menyaksikan dunia yang menertawakanku dengan semua yang dimilikinya.
    Tak pernah kutahu harus kemana aku menapaki jalan-jalan dunia yang begitu banyak sekat dalam labirin hiruk pikuknya keramaian. Sejenak aku terdiam, aku pernah teringat satu petunjuk yang pernah kau teriakkan kala aku remuk redam dan mati tersungkur untuk yang kesekian kalinya di depanmu, 
"Kau sundal, matamu jalang. Kau liar persis seperti sundal yang minta dikangkangi,"
Aku akan jadi sundal dengan mata jalan yang selalu minta dikangkangi, aku harus jadi sundal demi sesajiku dikakimu wahai Bulan dalam Darahku yang tetap harus kusembah.
    Aku keluar dari cangkang tanpa gincu dan poles muka yang berwarna. Aku mati, setebal apapun aku memoles mukaku, aku tetap wajah tanpa raut muka. Beku. Bertemu aku dengan satu laki-laki dan laki-laki berikut juga laki-laki seterusnya, aku dikangkangi. Aku bisa jadi sundal wahai Bulan dalam Darahku. Aku menelan dunia seperti yang kau mau kulakukan demi sembah abdiku padamu. Aku pasti membuatmu bangga dan aku tahu tawamu pasti begitu lebar menyeringai seaakan ingin mengabarkan pada belantara dunia bahwa aku budakmu yang gemilang.
    Namun tiba-tiba waktu membuatku lelah dan resa mekangkang. Aku ingin kembali pada cangkangku, berharap rentang luas tanganmu memelukku dan meninggikan aku. Aku pulang bersungut dalam asa yang haus akan dirimu, duhai Bulan dalam Darahku. Baru ingin kumemasukimu, kau injak aku begitu lumat hingga darahku kembali tumpah bercecer dan aku kembali mati. Kau membuangku jauh kembali pada dunia yang baru saja kutinggalkan karena aku lelah. Aku terjerembab lagi, 
"Tetaplah jadi sundal. Aku tak mau ditempeli benalu. Aku bukan anjing!"
    Aku hanya anjing yang setia mengharap pelukmu Bulan dalam Darahku. Aku sundal yang menghibur laki-laki pencari orgasme demi untuk senyummu yang bangga akan aku, benalu yang bisa menelan dunia untukmu. Aku akan berlalu karena aku lelah dan redup untuk mengejar terus kasihmu yang tidak pernah kudapat dalam doa tulus saat aku telanjang digagahi laki-laki hidung belang itu, 
"Aku alan berlalu dan selalu jadi sundal pada laki-laki itu duhai Bulan dalam Darahku. Aku lelah mengharapmu. Aku tak akan lagi minta berlindung padamu. Aku tak akan lagi minta uang pada laki-laki diluar sana yang mengangkangiku, aku hanya akan minta pelukan mereka, itu mencukupiku. Selamat tinggal Bulan dalam Darahku, aku tak ingin lagi punya darahmu dalam matiku..."  
Baca Selengkapnya - BULAN DALAM DARAHKU